Mohon tunggu...
Sugiyanto Hadi Prayitno
Sugiyanto Hadi Prayitno Mohon Tunggu... Penulis - Lahir di Ampel, Boyolali, Jateng. Sarjana Publisistik UGM, lulus 1982. Pensiunan Pegawai TVRi tahun 2013.

Pensiunan PNS, penulis fiksi. Menulis untuk merawat ingatan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Jangan Malas Berucap Alhamdulillah

1 Desember 2020   13:38 Diperbarui: 1 Desember 2020   13:42 149
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
perempuan diantara batu-batu - kompasiana.com

Senyum di bibir, kedip mata, hembus nafas, hingga aneka kerja organ dalam menandai karunia-Nya. tentu -dalam agama disebutkan- hanya untuk orang-orang yang berpikir. Juga angin semilir, sorot matahari siang hati, kicau burung di dahan di luar rumah, serta keasrian pemandangan bukit-hutan-langit kebiruan jauh di seberang sana. Tetapi anehnya, sekadar mengucap Alhamdulillah pun kadang kita lupa, atau sengaja melupakannya.

Mungkin kita terlalu sibuk dengan urusan kantor, rumah-tangga, bisnis, proyek, atau sebaliknya galau karena jadi pengangguran, jomblo, banyak utang, menderita satu penyakit, atau diselingkuhi pasangan hidup. Dengan berbagai urusan pelik itu hingga tak sempat sekadar mengucap Alhamdulillah. Tidak sempat bersyukur, tiada waktu untuk sedikit merendah, melena-lenakan beramal-ibadah, bahkan tak terpikirkan untuk menyadari pada setiap detik umur berkurang dan ajal kian dekat. Lupa, abai, tidak sadar untuk selalu bersandar ke hadiratNya.

Maka saat ini mari kita perbanyak ucapan Alhamdulillah. Apapun yang kita rasa, pikir, tatap, dengar, ucap, dan lakukan yang tidak bermakna maksiat awali dengan Bismillah (dan Alhamdulillah), dan akhiri dengan Alhamdulillah.

*

Lalu saya berhitung-hitung dalam hati: berapa kali dalam sehari saya mengucap Alhamdulillah? Begitu banyak fasilitas telah disediakan Allah untuk kemudahan dan kenyamanan hidup saya, tetapi berucap Alhamdulillah pun malas, enggan, lalai, pelit. Seolah tak perlu lagi sifat kasih dan sayang Allah.

Alhamdulillah merupakan ungkapan syukur yang biasa kita dengar dan ucapkan. Ada 11 kondisi sunah mengucap Alhamdulillah yaitu pada permulaan menulis karya, permulaan belajar atau mengajar, sebelum berceramah, setelah makan dan minum, ketika bersin, ketika melamar perempuan, keluar dari toilet, mengawali dan mengakhiri doa, mendapati nikmat atau terhindar dari bencana, ketika salah satu anggota keluarga meninggal dunia (selain mengucap istirja' - inna lillahi wa inna ilaihi rajiun),

Kata Alhamdulillah (tahmid) (artinya segala puji bagi Allah) merupakan salah satu kalimat thayyibah. Kalimat tahmid selengkapnya: alhamdulillahirabbil 'alamin, yang berarti "Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam."

Mengucap kalimat thayyibah itu perlu diulang-ulang dan dibiasakan. Jangan sampai lupa, jangan segan menggerakkan bibir mengucapkannya. Wallahu a'lam. ***

Sekemirung, 29 Nov -- 1 Des 2020 / 13 - 15 Rabi'ul Akhir 1442

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun