Mohon tunggu...
Sugiyanto Hadi Prayitno
Sugiyanto Hadi Prayitno Mohon Tunggu... Penulis - Lahir di Ampel, Boyolali, Jateng. Sarjana Publisistik UGM, lulus 1982. Pensiunan Pegawai TVRi tahun 2013.

Pensiunan PNS, penulis fiksi. Menulis untuk merawat ingatan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Mimpi Pedagang Daging

21 November 2020   11:19 Diperbarui: 21 November 2020   11:27 181
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi - seorang pedagang dan ayam potong dagangannya di pasar - radardepok.com

Ketika kondisi makin memprihatinkan, para pedagang daging ayam dan sapi kompak melakukan unjukrasa. Mereka tidak membawa spanduk atau baliho. Yang ada di tangan mereka hanya pisau besar yang diacung-acungkan. Lalu digerakkan mendatar, lalu naik-turun, seperti saat mencincang daging. Begitu berulang-ulang mereka kompak sambil menyerukan tuntutan.

Slogan mereka tegas dan getas. Tertulis dalam baliho. "Jangan sampai nasib kami tercincang sia-sia. Percepat renovasi pasar. Atau kami bertindak sendiri menyelesaikan dugaan penyimpangannya. . . . . . !" 

Seminggu kemudian seorang pengurus pasar ditemukan tewas dimutilasi, dan dijadikan pakan lele. Si peternak lele tidak tahu apa-apa, dan menduga sedikit pun tidak, ia senang sekali mendapatkan pakan murah. Tidak tahunya di situ ada campuran daging manusia. Sejak itu pejualan lele hancur. Si pedagang berinisiatif membuang puluhan kuintal lelenya ke aliran sungai. Bersamaan dengan itu para pemancing memilih hobi yang lain.

Siapa si pelaku mutilasi itu? Para pedagang ayam pedaging maupun daging sapi sama-sama angkat bahu, menggeleng, dan tidak mau ikut campur.

"Betul kami memang setiap hari menggunakan pisau besar untuk urusan daging. Tetapi kami bukan pembunuh. Kami hanya menuntut supaya renovasi pasar dipercepat. Soal pembunuhan itu kami buta sama sekali. . . . !" pekik Yu Siyem yang belakangan dijadikan ketua paguyuban pedagang daging.

Unjuk rasa pun terhenti dengan sendirinya. Sementara itu Polisi bekerja keras untuk mengungkap latar-belakang pembunuhan, guna menangkap pelakunya. (Bersambung) ***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun