Mohon tunggu...
Sugiyanto Hadi Prayitno
Sugiyanto Hadi Prayitno Mohon Tunggu... Penulis - Lahir di Ampel, Boyolali, Jateng. Sarjana Publisistik UGM, lulus 1982. Pensiunan Pegawai TVRi tahun 2013.

Pensiunan PNS, penulis fiksi. Menulis untuk merawat ingatan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Dalang Ki Seno Nugroho Berpulang, Dalang Demo Akan Pulang

4 November 2020   22:09 Diperbarui: 5 November 2020   10:00 392
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dalang ki seno nugroho pada sebuah pergelaran wayang kulit - wowkeren.com

Kematian dalang wayang kulit kekinian asal Yogyakarta Ki Seno Nugroho mengejutkan para pecinta wayang kulit, khususnya penggemar pedalangan gaya khas Ki Seno. Kabar terjadinya serangan jantung mengharuskan Ki Seno pamit dari kehidupan, terutama pada kesibukannya mendalang.

Proses jelang pemakaman siang tadi, dengan iringan gending Jawa pilihannya, memunculkan perasaan duka mendalam. Gending itu 'Ladran Gajah Seno', ciptaan Joko Porong, atas permintaan Ki Seno. Betapa suara aneka perangkat gamelan, dengan liukan rebab dan suara lirih para sinden mendayu dan ngelangut itu, melelehkan suasana kesedihan. Sedih karena sang pujaan berpulang, sedih pula mengingat diri sendiri bakal mengalami hal sama: kematian.

Sang Dalang berpulang. Gamelan ditabuh, jenazah Ki Seno diberangkatkan ke tanah pemakaman.

*

Dalang tak lain si empunya cerita/lakon. Yang menggubah bercerita, dan memberi isi bahkan ruh pada lakon yang dibawakan, dengan segenap kawruh dan pitutur tentang kehidupan.

Dengan bantuan perangkat berupa wayang, baik wayang orang-kulit-golek, serta gamelan-wiyaga-sinden, maupun segenap perlengkapan lain; jadilah peran besar dalang itu. Bukan hanya memberi perintah wayang untuk bicara-bersikap dan bertingkah-laku tertentu sesuai tuntutan cerita; tetapi juga perinah pada orang-orang disekitarnya: nayaga/pangrawit (penabuh gamelan), sinden (pelantun gending), bintang tamu, juga penonton.

Penonton seperti tersihir untuk mengikuti irama maupun naik-turunnya cerita. Ikut perintah kapan harus sedih, kapan gembira, kapan tertawa, kapan kecewa. Wayang (dengan aneka bentuk/wujud, rupa/dandanan, ucapan, dan perilakunya) dijadikan sekadar sarana mengenai kehidupan sejumlah tokoh dalam episode tertentu.

Setelah ratusan atau ribuan cerita dipentaskan, diviralkan melalui media sosial, dan dikenal hingga ke pelosok negeri, bahkan hingga ke manca negara; sang dalang dipanggil oleh Maha Dalang yang sesungguhnya.

Allah menentukan jatah umur Ki Seno  sampai 48 tahun. Setelah kematian, apapun dapat dijadikan penyebab dan alasan kejadian itu. Dapat digunakan sebagai cermin bagi orang lain yang tidak ingin meninggal ketika berada pada puncak karier.

Seperti penyanyi Dedi Kempot, yang mendapat julukan keminggris "The Godfather of Broken Heart" dan sedang pada puncak ketenarannya, agaknya Ki Seno Nugroho pun mengalami hal yang sama: berpulang.

*

Salah satu materi lawakan saat Ki Seno Nugroho mengadakan pagelaran, yaitu pada babak Limbukan. Babakan cerita Limbuk yang berbadan bak raksasa, berdialog dengan ibunya yang berbadan kecil-mungil seumpama lidi (Jw. biting). Kontras itu sekalgius membedakan warna suara maupun pola pemikiran. Dua sosok wayang itu tertancam diam di batang pisang, sesekali saja tangannya digerak-gerakan Ki Dalang, yaitu saat bicara.

Saat itu sinden, atau bintang tamu dimunculkan. Dalang, yang merepresentasikan sosok Limbuk atau ibunya bertukar-kata dengan bintang tamu. Di sana kelucuan dan lawakan dimunculkan. Salah satunya mengenai umur dan kematian. Pada kesempatan ini, kerap justru Ki Seno menjadi obyek lawakan.

Suatu ketika ada 2 bintang tahu, yaitu Den Baguse Ngarso dan Sihono, pada kesempatan lain muncul bintang tamu berpakaian Gareng. Materi keduanya nyaris sama: hati-hati dengan umur. Sebab kematian tidak harus diawali dengan penyakit, umur lanjut, dan alasan apapun. Gareng mengingatkan, kegemaran merokok Ki Seno bisa menjadi ancaman kematian mendadak.

*

Tetapi bagi pengagum kepiawaian dalang Ki Seno jangan sedih-sedih amat. Menurut kabar yang kencang berembus, dalang lain akan segera pulang.

Siapakah beliau? Yah, jangan terburu-buru untuk tahu. Tunggu saja dalam beberapa hari ke depan. Berbagai pemberitaan sangat meyakinkan menyebut hal itu. Ini pemberitahuan entah ke berapa. Pemberitahuan sebelumnya ternyata kurang akurat. Mudah-mudahan kali ini pas.

*

Bercerita mengenai dalang wayang kulit, dulu ada dalang kondang, namanya Ki Narto Sabdo. Pada zamannya (era 1970-an) ada nama Basiyo, yang sangat terkenal dengan Pangkur Jenggleng-nya. Belakangan muncul dalang terkenal, Ki Mantep Sudarsono. Dan paling mutakhir, Ki Seno Nugroho.

Kalau di Tatar Pasundan, dalang wayang golek fenomenal yaitu Ki Asep Sunandar Sunarya. Untuk nama dalang wayang-orang agaknya kurang popular. Adapun dalang lawakan/humor sangat fenomenal yaitu Teguh Srimulat.

Banyak dalang lain tidak disebut, mereka datang dan pergi. Namun, di atas segalanya Sang Maha Dalang-lah yang berkuasa atas semua wayang maupun dalangnya. Atas semua mahluk, dari awal hingga akhir, hingga kelak langit dan bumi digulung. Manusia dibangkitkan dari alam barzah, lalu dikumpulkan di padang mahsyar guna menghadapi pengadilan akhirat.

*

Ke sana akhir semua orang (sebagai wayang, termasuk para dalangnya), berhitung semua sisi kehidupan dunia masing-masing.

Maka sekalipun sedih-terkejut-berat berpisah dengan Ki Seno Nugroho, ingatlah pada dalang yang sesungguhnya. Dalang yang harus ditaati apa-apa yang diperintahkan dan menjauhi apa-apa yang dilarangNya. Dalang yang menciptakan langit dan bumi. Dalang yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, sekaligus Maha Perkasa. Itulah Sang Khalik. Allah Subhanahu wa ta'ala  (Mahasuci dan Mahatinggi). 

Nah, itu saja. Tulisan ini merupakan bentuk duka-cita mendalam atas kepergian Ki Seno Nugroho kemarin malam (3/11/2020) di Yogyakarta. Mudah-mudahan segera muncul dalang fenomenal lain, tapi bukan dalang kerusuhan - permusuhan - keributan - perpecahan. Wallahu a'lam. ***

Sekemirung, 4 November 2020

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun