Salah satu materi lawakan saat Ki Seno Nugroho mengadakan pagelaran, yaitu pada babak Limbukan. Babakan cerita Limbuk yang berbadan bak raksasa, berdialog dengan ibunya yang berbadan kecil-mungil seumpama lidi (Jw. biting). Kontras itu sekalgius membedakan warna suara maupun pola pemikiran. Dua sosok wayang itu tertancam diam di batang pisang, sesekali saja tangannya digerak-gerakan Ki Dalang, yaitu saat bicara.
Saat itu sinden, atau bintang tamu dimunculkan. Dalang, yang merepresentasikan sosok Limbuk atau ibunya bertukar-kata dengan bintang tamu. Di sana kelucuan dan lawakan dimunculkan. Salah satunya mengenai umur dan kematian. Pada kesempatan ini, kerap justru Ki Seno menjadi obyek lawakan.
Suatu ketika ada 2 bintang tahu, yaitu Den Baguse Ngarso dan Sihono, pada kesempatan lain muncul bintang tamu berpakaian Gareng. Materi keduanya nyaris sama: hati-hati dengan umur. Sebab kematian tidak harus diawali dengan penyakit, umur lanjut, dan alasan apapun. Gareng mengingatkan, kegemaran merokok Ki Seno bisa menjadi ancaman kematian mendadak.
*
Tetapi bagi pengagum kepiawaian dalang Ki Seno jangan sedih-sedih amat. Menurut kabar yang kencang berembus, dalang lain akan segera pulang.
Siapakah beliau? Yah, jangan terburu-buru untuk tahu. Tunggu saja dalam beberapa hari ke depan. Berbagai pemberitaan sangat meyakinkan menyebut hal itu. Ini pemberitahuan entah ke berapa. Pemberitahuan sebelumnya ternyata kurang akurat. Mudah-mudahan kali ini pas.
*
Bercerita mengenai dalang wayang kulit, dulu ada dalang kondang, namanya Ki Narto Sabdo. Pada zamannya (era 1970-an) ada nama Basiyo, yang sangat terkenal dengan Pangkur Jenggleng-nya. Belakangan muncul dalang terkenal, Ki Mantep Sudarsono. Dan paling mutakhir, Ki Seno Nugroho.
Kalau di Tatar Pasundan, dalang wayang golek fenomenal yaitu Ki Asep Sunandar Sunarya. Untuk nama dalang wayang-orang agaknya kurang popular. Adapun dalang lawakan/humor sangat fenomenal yaitu Teguh Srimulat.
Banyak dalang lain tidak disebut, mereka datang dan pergi. Namun, di atas segalanya Sang Maha Dalang-lah yang berkuasa atas semua wayang maupun dalangnya. Atas semua mahluk, dari awal hingga akhir, hingga kelak langit dan bumi digulung. Manusia dibangkitkan dari alam barzah, lalu dikumpulkan di padang mahsyar guna menghadapi pengadilan akhirat.
*