Mohon tunggu...
Sugiyanto Hadi Prayitno
Sugiyanto Hadi Prayitno Mohon Tunggu... Penulis - Lahir di Ampel, Boyolali, Jateng. Sarjana Publisistik UGM, lulus 1982. Pensiunan Pegawai TVRi tahun 2013.

Pensiunan PNS, penulis fiksi. Menulis untuk merawat ingatan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Belanja Sambil Tertawa, Datangi Lapak Pak Cemplon

19 September 2020   16:39 Diperbarui: 19 September 2020   16:43 1301
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
gaya lelang dan melucu pak cemplon - soloensis.com

Hanya pedagang kreatif yang mampu menemukan cara unik untuk membuat dagangannya laku keras. Orang menyebutnya strategi pemasaran yang berbuah laris manis. Tidak perlu menggunakan penglaris, tanpa promosi besar-besaran. Tetapi ada yang tidak ditinggalkannya, jual murah. Toko modern menyebutnya banting harga.

Itulah gaya Lasono, alias Pak Cemplon Manggoloyudo (59). Nama terakhir diperoleh dari pembeli dan tambahannya sendiri. Warga Dukuh Sendang, Desa Jetis, Kecamatan Karangnongko, Klaten, Jawa Tengah itu dikenal pengunjung sejumlah pasar tradisional.

Sejak awal berjualan 30 tahun lalu, siasat Pak Cemplon tidak berubah. Selain jual murah, andalan lain yaitu banyolan, lawakan, kelucuan. Sangat menghibur. Ia menggunakan teknik riffing* seperti dalam "stand up comedy" hingga pengunjung tergelak-gelak.

Gaya khas lainnya, ia menawarkan barang seperti dalam pelelangan. Setiap gerakan tangannya (menyodor-nyodorkan barang kepada calon pembeli yang merubung lapaknya) diikuti dengan penyebutan angka yang terus turun. Tetapi tak jarang (meski tangan sudah bergerak bebeapa kali) harga tak berubah. Warga pun tertawa (merasa dikibuli) karena berharap harga lebih rendah.

*

Sasaran Pak Cemplon pasar tradisional, yaitu pasar yang ramainya pada hari pasaran saja (lima hari sekali). Hari pasaran, yaitu Pon, Wage, Kliwon, Legi dan Pahing. Yang paling sering didatanginya, yaitu Lapangan Bonyokan, Kecamatan Jatinom, Klaten. Lokasi itu disebut Pasar Legen, karena hari pasarannya Legi.

Selain pasar-pasar tradisional di kawasan Kabupaten Klaten Pak Cemplon juga mendatangi pasar tradisional di Godean, Ambarawa, dan banyak daerah lain.

Ke mana-mana ia mengendarai sepeda motor. Selain dagangan di dalam kardus, ia membawa  payung pantai berukuran besar. Payung itu diikatkan di sepeda motor untuk peneduh. Selain itu, ada kantong plastik transparan diikatkan di celana untuk wadah uang. Praktis dan mudah terutama saat pembeli berebut, dan ia harus menghitung uang kembalian.

Dalam sehari modalnya mencapai Rp 1,5 juta. Keuntungan yang didapat berkisar antara Rp 200 ribu hingga Rp 500 ribu.

*

Nama Lasono, atau Pak Cemplon, menjadi cukup dikenal lantaran muncul di Youtube. Setidaknya tiga channel Youtube memanfaatkan cara berdagangnya sebagai konten.

Karena sadar kamera itu Pak Cemplon kerap menyindir para Youtuber (yang sedang mengambil gambar). Sindiran terbanyak dialamatkan kepada penonton yang tidak membeli, hanya menonton untuk mencari hiburan.

Keuntungan dan kerugian didapatkan Pak Cemplon setelah masuk Youtube. Keuntungan, nama dan gayanya dikenal sampai luas (terutama netizen pengguna Bahasa Jawa). Karena cara berjualan itu mestinya menginspirasi pedagang lain untuk meniru. Bayangkan kalau gaya Pak Cemplon digunakan dengan berbagai bahasa daerah. Pasar tradisional jadi ramai, pembeli penasaran oleh harga murah dan kelucuan para pedagangnya.

Lebih seru lagi bila si peniru selain pintar bicara dan melucu, juga mahir dalam hal lain. Misal, menyanyi, berpantun, bermain gitar/biola/seruling/harmonika, kendang, menirukan bunyi-bunyian tertentu, menirukan suara penjabat, dan lainnya.

Kerugian, calon pembeli sudah hafal betul harga barang-barang yang dibawa Pak Cemplon. Itu sebabnya ketika harga pembelian (kulakan) naik, calon pembeli kerap tidak mau tahu. Mereka akan bilang, harga di Youtube hanya Rp 5 ribu atau Rp 10 ribu. Spontan Pak Cemplon menjawab: "Ya, beli saja ke Youtube sana. . . .hehehe!"

*

Agar lebih jelas gambaran penulis di atas baiknya lihat sendiri saja unggahan para Youtuber mengenai Lasono, alias Pak Cemplon. Mudah-mudahan unggahan itu menginspirasi banyak pedagang konvensional yang membuka lapak satu jenis barang, lalu duduk termangu-mangu menunggu pembeli. 

Atau, pedagang yang berteriak-teriak menawarkan barangnya (bersahutan diantara pemeberapa pedagang) tetapi hanya satu macam barang, dan harganya sudah terpatok (tidak bisa berubah).

Wabah korona kiranya masih bakal lama lagi selesai. Sementara itu roda ekonomi makin seret, makin lambat bergerak. Dan hal ini tentu sangat memprihatinkan para pedagang asongan, pedagang musiman, serta pedagang dengan modal terbatas. Maka diperlukan cara kreatif dan unik untuk meraih rezeki. Termasuk bikin konten Youtube.

Bila meniru gaya berdagang tidak cukup percaya diri, atau sekadar merekam segala tingkah-polah Pak Cemplon Manggoloyudo saat berdagang dinilai terlalu gampangan, cobalah mengajak Pak Cemplon bikin komedi situasi untuk konten Youtube. Boleh jadi banyak ide kreatif yang dapat digali dari berbagai lelucon dan tingkah-lakunya itu.

Nah, itu saja. Penasaran? Tonton sendiri gaya Lasono, alias Pak Cemplon, di Youtube. Ambil sisi kreatif dan inspiratifnya. Mudah-mudahan bermanfaat. Wallahu a'lam bish-shawab. ***

Sekemirung, 19 September 2020

Catatan:
* Riffing, salah satu teknik melucu dengan mengajak penonton untuk berinteraksi. Biasanya menjadikan penonton sebagai objek joke. Namun harus hati-hati menggunakan riffing, bila  gagal akan menyinggung perasaan penonton.

Baca juga tulisan menarik yang lain:
tiga-sekawan-yang-saling-berangkulan
anjay-menyakiti-perasaan-dan-kekerasan-verbal
mari-nikmati-santapan-pagi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun