Mohon tunggu...
Sugiyanto Hadi Prayitno
Sugiyanto Hadi Prayitno Mohon Tunggu... Penulis - Lahir di Ampel, Boyolali, Jateng. Sarjana Publisistik UGM, lulus 1982. Pensiunan Pegawai TVRi tahun 2013.

Pensiunan PNS, penulis fiksi. Menulis untuk merawat ingatan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Akhirnya Aku Pulang (2)

11 Juli 2020   23:11 Diperbarui: 11 Juli 2020   23:01 141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi - masjid pada pergantian hari - sumber ydsf.org

"Ayo kita berangkat. Mudah-mudahan di perjalanan lancar dan aman,  tidak hujan. Mari kita berdoa agar diberi keselamatan. . . . . .!" ucapkan Pak Haji Marlan.

Dan minibus itu  meluncur ke timur. Kami bercerita dan tertawa-tawa sepanjang jalan. sempat singgah di rumah makan untuk sarapan. Lanjut ke timur. Lalu menyusur ke selatan, ke kawasan pantai.

Setengah hari perjalanan ke luar kota yang cukup jauh. Ke kampungku yang sunyi dan terpencil. Namun, di sana masjid kecilku sudah direnovasi. Bahkan aku pun dibelikan sebidang tanah dengan rumah mungil di atasnya. Aku bakal dapat menampung beberapa saudaraku yang selama ini menganggapku sebagai anak hilang. Belum selesai madrasah Ibtidaiyah (setingkat SD) ketika nekat merantau. Kemiskinan mendera, hidup di desa tidak punya banyak pilihan. Salah-salah malah menjadi kriminal. Dua puluh tahun malang-melintang menggeluti berbagai pekerjaan, bahkan sempat menikah tapi gagal. Tanpa hasil memadai. Akhirnya kuputuskan menjadi marbot ketika terbuka kesempatan.

Berbagai kenangan suka-duka melintas dalam pikiranku. Juga pikiran untuk kembali memiliki keluarga jika mungkin. Beberapa pengurus masjid mendoakanku menemukan jodoh kembali di sana. Tapi tidak pun tidak mengapa. Bisa kembali ke kampung halamanpun sudah Alhamdulillah. Budi baik Pak Haji Marlan dan pengurus masjid yang lain tak terbalaskan. Mudah-mudahan mereka pun memperoleh balasan terbaik.

"Bagaimana perasaan Pak Murowi sekarang?" ucap Pak Haji Marlan sesampai kami di tujuan.

Aku tercennng beberapa saat. Memperhatikan sekeliling, menarik nafas panjang, dan tersenyum. Masjid kecil dan rumah mungil ada di hadapanku. Asri dan indah di mataku. Beberapa orang tetangga menyambut. Senyum dan tawa mereka menampakkan kerinduan. 

Aku tak mampu menjawab pertanyaan Pak Haji selain tetesan air mata yang menderas di pelupuk mata. Akhirnya aku pulang, gumamku dalam hati penuh haru. (Selesai) ***

Sekemirung, 18 Feb 2016 -- 11 Juli 2020

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun