Mohon tunggu...
Sugiyanto Hadi Prayitno
Sugiyanto Hadi Prayitno Mohon Tunggu... Penulis - Lahir di Ampel, Boyolali, Jateng. Sarjana Publisistik UGM, lulus 1982. Pensiunan Pegawai TVRi tahun 2013.

Pensiunan PNS, penulis fiksi. Menulis untuk merawat ingatan.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Sisa Kenangan

4 Juli 2020   22:56 Diperbarui: 4 Juli 2020   23:28 243
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Meski diguyur hujan semalam, sisa kenangan masih berkerak dalam ingatan. Mungkin kelak bila datang pikun, atau memar batang otak, mengubah apa yang pernah ada menjadi tiada. Kenang ini bersaput rindu, dan tiap butirnya menetes-netes sepanjang setapak menuju pulang.

Tidak, tidak ada sesiapa mau kembali serupa bayi. Lupa diri, dan tak ingat beberapa detik lewat apa yang terjadi. Tapi ihwal kenang sungguh kerap datang sembarang saat. Bila daun-daun jati luruh, bila biji jagung tersebar dan menyemai pada penghujan berikutnya.

Langit mendung memayung tubuh ringkih, atau langkah terbata menyusur bayang. Tiba-tiba saja sosokmu menyungging senyum, samar tapi tak lengkang rasa manisnya. Bila pikun juga nanti adanya, masihkah ada rasa manis di lidah. Meski tak sepatah kata pun mampu dicerna maknanya.

Ada sungai kecil berair deras di balik bukit, ke sana ingin kubikin rakit menuju muara. Mungkin batang pisang, atau gelondong kayu tua, sekadar agar mampu untuk mengapung. Lalu melayang, menjauh tinggi, pada sebuah negeri ujung langit yang tak bosan berselimut senja.

Seharian ini terduduk aku di sini, menatapi tiap bayang seiring bisik, menyentuh sekilas senyummu tak habis-habis. Ah, masih saja ada sisa kenangan. Tak ingin kurayakannya dengan tangis. ***

Sekemirung, 4 Juli 2020

Baca juga tulisan menarik sebelumnya:
berhentilah-merokok-cari-alasan-sampai-ketemu
menulis-untuk-asyik-dan-sibuk-pensiunan-dan-merawat-ingatan
lelucon-gus-dur-polisi-tidur-dan-hari-bhayangkara
daging-oplosan-murah-kerjasama-pemburu-dengan-pedagang-daging-celeng
cerpen-bangku-panjang-taman-kota-2

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun