Apa gunanya asyik dan sibuk punya hobi burung, bila untuk berjudi dan bukan untuk kepentingan produktif. Orang yang hobi berat memelihara burung bakal terpikir untuk memanfaatkan kegemaranitu menjadi peternak, jual-beli burung, jual-beli pakan, atau pelatih burung.
Dari satu keasyikan seseorang dapat mengembangkan diri pada bebrapa keasyikan lain. Seseorang yang suka beternak burung misalnya (bila punya modal mencukupi) akan mencoba beternak satwa lain yang menghasilkan. Dari semula beternak burung, kemudian bertambah keasyikan dan kesibukan dengan beternak jengkerik, cacing, dan beberapa jenis pakan burung lain. Bisa tambah lagi dengan beernak belut, ikan dan ayam hias, Â dan sejenisnya.
Dalam kegiatan liputan dulu, saya kerap ketemu dengan peternak burung perkutut, burung elang, burung puyuh, dan pecandu lomba burung oceh-ocehan. Saya tanyakan tentang keasyikan dan kesibukan mereka. Dari situ saya dapat simpulkan mana orang yang sekadar hobi membuang-buang uang, dan mana orang yang cerdik menjadikannya mata pencaharian.
*
Kembali pada keasyikan dan kesibukan menulis yang saya pilih, ternyata itulah jalan saya menghidupi keluarga. Saya hampir 30 tahun menjadi reporter-jurnalis sebuah media elektronik. Hobi menulis dan membaca sebagai dasar pekerjaan itu. Menulis dalam bentuk tulisan maupun gambar (menggambar, atau merancang/menciptakan visualisasi pendukung tulisan maupun suara yang dimunculkan di layar televisi).
Hampir 7 tahun saya pensiun dari keasyikan dan kesibukan menulis sebagai jurnalis. Namun, tak lama sesudah itu (selama mengatasi gaptek bermedia sosia) saya mendapat ganti keasyikan dan kesibukan lain, yaitu menulis di media sosial. Â Dulu demi dapur, kini demi berbagi. Tidak banyak mantan reporter/jurnalis media elektronik (radio dan televisi) yang meneruskan hobi berliterasi setelah pensiun.
Padahal menulis sekadar puisi atau cerpen, dan juga opini pun, bermanfaat untuk merawat ingatan (menghindar dari kepikunan bila memungkinkan), dan terlebih juga memeilhara kesibukan (meski sekadar sibuk berpikir, mengarang dan beropini).
Jurnalis media audio, maupun media audio-visual, memang tidak sekuat jurnalis media cetak dalam hal berliterasi sampai pun masa pensiun.
*
Nah, itu saja  pengalaman seorang pensiunan. Purna tugas bukan berarti tanpa asyik dan sibuk. Jangan dihabiskan waktunya di depan layar tv, momong cucu, dan melamunkan masa lalu. Mari menulis supaya mendapatkan keasyikan dan kesibukan bermanfaat. Menulis untuk merawat ingat, berbagi, dan juga kesenangan. Bahkan untuk bekal akhirat. Pengetahuan dan pengalaman setiap pensiunan pasti melimpah untuk dibagikan. Sayang bila sekadar untuk dilupakan. ***
Sekemirung, 3 Juli 2020