Mohon tunggu...
Sugiyanto Hadi Prayitno
Sugiyanto Hadi Prayitno Mohon Tunggu... Penulis - Lahir di Ampel, Boyolali, Jateng. Sarjana Publisistik UGM, lulus 1982. Pensiunan Pegawai TVRi tahun 2013.

Pensiunan PNS, penulis fiksi. Menulis untuk merawat ingatan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Urat Leher Tersayat Benang Layang-Layang, Nyawa Pun Melayang

13 Juni 2020   09:47 Diperbarui: 13 Juni 2020   09:37 299
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
lokasi korban tersangkut benang gelasan layang-layang di solo - www.solopos.com

Musim penghujan gaknya mulai berkuang. Musim kemarau menjelang. Dan inlah saat-saat yang terbaik untuk bermain layang-layang, atau layangan.  Untuk layang-layang hias perannya memang hanya untuk hiasan di udara. Siluet sinar  matahari pagi atau sore hari menambah keindahannya.

Namun, untuk layangan adu tidak lagi bentuk, warna, dan aneka hiasan yang hendak ditontolkan; melainkan kemahiran si pemain layangan memenangkan aduan. Ada yang sekadar untuk kesenangan, dan ada pula yang untuk berjudi.

Itu berarti benang yang dipergunakan - tali, atau senar- harus mampu memutuskan benang lawan. Tarik dan ulur benang menjadi seni mengadu layangan. Menyangkutkan benangnya, sampai benang/senar lawan putus.

Untuk mendapatkan benang jagoan memang tidak sembarang orang mempu membuat benang menjadi sangat tajam. Bahasa setempat menyebut benang gelasan. Yaitu benang yang sudah dilumuri perekat dicampur bubukan gelas/kaca. Sehingga disebut "benang gelasan". Jika benang digerakkan, atau ketemu benda bergerak, menjadi setajam silet.

Celakanya, bukan hanya benang lawan yang putus, apa saja yang tersangkut bisa putus, minimal terkelupas. Misal kabel telepon dan kabel listrik. Bahkan urat leher orang pun dapat putus dibuatnya. Naas memang bila hal itu sampai terjadi, ketidaksengajaan yang menakutkan, tetapi itulah yang dialami seorang pengendara motor di Solo.

*

Korban yang berinisial YBS (21) tersebut tewas mengenaskan. Ia warga Kelurahan Sumber, Kecamatan Banjarsari. Siang itu ia mengendarai sepeda motor dengan kecepatan sedang di jalan di Jalan Tangkupan Perahu, tepatnya di kantor Pos Mojosongo, Kecamatan Jebres, Kota Solo, Kamis siang (11/6/2020).

Seutas benang layang-layang putus melintang di jalan. Ketinggian benang tepat pada leher korban. Tanpa sempat mewaspadai adanya bahaya mengancam, urat leher korban pun tersayat benang gelasan. Korban terjatuh, dan menurut saksi mata, masih sempat berdiri. Tapi darah terlalu deras mengucur dan tidak dapat dihentikan. YBS sempat dibawa ke RSUD Dr Moewardi, tetapi tidak tertolong.

Sekadar pengingat, saat mengendarai sepeda motor (pada musim layang-layang seperti sekarang ini) sebaiknya kerah baju/jaket dipasang untuk melindungi leher. 

*

Masih peristiwa mengenai leher. Naas pula yang dialami Fatimah binti Sulaiman dengan lehernya. Ia warga Gampong Dusun Satu Teungku Mak Amin, Gampong Meunsah Panton Labu, Kecamatan Tanah Jambo Aye, Aceh Utara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun