Antreann panjang di pinggir jalan selalu menarik perhatian. Terlebih antrean makanan atau minuman. Ya, biasanya kedai makanan, toko roti, juga warung kecil yang berjualan apa saja. Ada antrean panjang hidangan cepat saji. Bahkan juga antrean kopi Dalgona (Dalgona Coffee) milik Mang Rohan (31).
Orang-orang pasti membatin mendapati pemandangan itu, dan tanpa sadar berucap: "Laris manis. . . ." Tak jarang yang antri kebanyakan driver ojol. Setelah ucap bernada memuji, kini ganti setengah keluhan: "Lelahnya driver ojol selain menunggu antrean, juga mengantar. Tega-teganya si pemesan. Santai saja di rumah, menunggu sebentar, makanan/minuman yang dipesan datang.. . . .!"
Dunia memang berputar sangat cepat. Setiap orang boleh memilih dalam posisi mana ia ikut berputar. Bekerja dan mendapatkan uang, atau bersantai di rumah dan keluar uang.
Akhir-akhir ini makin banyak orang mendapatkan mata pencaharian dengan bermodal gawai dan sepeda motor. Sementara itu konsumen tidak perlu ke luar rumah untuk mendapatkan barang di toko online, atau kuliner favorit dari restoran terkenal.
Smartphone, media sosial, kemajuan telekomunikasi dan sarana transportasi menjadi pemicu kondisi itu. Kopi Dalgona salah satu contohnya. Ada yang penasaran membuat sendiri, bertukar resep, dan ramai berbincangan di Instagram, Facebook, TikTok, atau grup WhatsApp memperluas jangkauan peminat.
Dan ada pula yang memilih menjadi konsumen dengan memesan kopi Dalgona pada Mang Rohan. Ia membuka kedai siang hari di bilangan Jalan Salak Raya, Pamulang, Tangerang Selatan, Banten.
*
Akan hal Dalgona Coffee, baru 3 bulan terakhir marak, dan popular. Cita rasa minuman itu tiba-tiba jadi buruan rasa penasaran. Ada yang menyebutnya berasal dari Korea Selatan, lalu ada pula yang meyakini dari Makau, dan belakangan ada yang berpendapat dari India.
Ya, sekadar bahan percakapan bolehlah apa saja. Kopi dengan aneka campurannya, yaitu gula, susu, caramel, serta es batu sudah biasa adanya. Tetapi penyajian dengan cara dikocok menggunakan mixer memang merupakan hal baru. Setidaknya bagi warga awam, yang belum terbiasa dengan hidangan ala kafe serta sajian kopi mewah dengan harga berlipat-lipat di restoran mewah.
Sebagaimana sempat merebak pula jenis minuman Thai Tea, bahkan sampai diecer di pinggir-pinggir jalan; kopi Dolgona pun sebenarnya sudah menyebar sampai jauh. Bahkan para pengguna media sosial sudah akrab dengan sajian ala mereka masing-asing.
Kuliner baru selalu menarik perhatian, minat, dan keinginan banyak orang untuk mencicipi. Dan imbas dari itulah kedai Mang Rohan kewalahan melayani pembeli. "Kopi Dolgona membawa berkah. . . Â .!" demikian mungkin nyanyian riang yang tercetus di hati kecilnya.
* Â
Media lain menyebut, Dalgona Coffee ini adalah minuman yang sedang populer di Korea Selatan. Berupa latte manis dengan tekstur yang lebih creamy. Tekstur creamy sedemikian terbentuk lantaran ada tambahan coffee foam atau busa kopi di atasnya.
Dinamakan 'dalgona', karena terlihat menyerupai adonan Dalgona Toffee atau permen tradisional khas Korea Selatan.
Wabah pandemi corona meluas di Negara Ginseng tersebut  memunculkan tren ini. Anak-anak muda di sana memanfaatkan sosial media sebagai sarana mendapatkan hal-hal baru dalam rangka mengisi waktu. Membuat aneka varian resep kopi sendiri di rumah salah satunya.
*
Kembali ke kedai Mang Rohan. Harga pergelas hanya Rp 5 ribu. Sehari ia menjual 200 gelas. Murah-meriah, tidak pakai mahal. Pembeli pun antre mengular, Â sampai ada yang lupa protokol kesehatan, yaitu bermasker dan menjaga jarak.
Ya, maklumlah, Mang Rohan pun tak menyangka bakal begitu rupa minat para olahan tangannya. Agaknya ia menjadi barita dadakan. Barita untuk satu jenis kopi saja. Jangan minta yang lain-lain, tidak akan dilayani, sebab memang tidak ada.
Nah, supaya tidak penasaran, mari ikut antre di depan kedai kopi Dalgona di Tangerang Selatan. Bagi kita yang tidak suka minuman kopi dingin, ya silakan cari antrean lain. Sekadar pembanding, di Bandung ada antrean panjang pembeli di Jalan Banceuy. Itu pabrik kopi Aroma. Panjang juga antreannya.
Dua macam bubuk kopi mereka jual, yaitu Arabika dan Robusta. Tinggal berkreasi kuliner sendiri di rumah. Kalau untuk membuat kopi Dalgona jelas tidak cocok, sebab kopi kekinian itu menggunakan jenis kopi tanpa ampas.
*
Semua yang berakibat antrean memang menarik perhatian orang-orang yang lewat. Bukan hanya antrean membeli kopi, tetapi juga yang lain-lain. Â Sementara itu, pandemi Covid 19 memberi banyak hikmah, diantaranya muncul kopi Dalgona dan budaya antre yang kian masif.
Bagi yang suka main serobot dan mau menang sendiri tanpa sabar antre mesti diingatkan bahwa menjadi penghuni pemakaman umum pun harus antre. Tetapi kalau mau menyerobot mendahului banyak orang lain ya silakan. Orang lain yang diserobot urutannya pasti ikhlas saja.
Nah, itu saja. Mari ikut antre di kedai kopi Mang Dalgona. . . .ehh, Mang Rohan. ***
Sekemirung, 8 -- 9 Juni 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H