Mohon tunggu...
Sugiyanto Hadi Prayitno
Sugiyanto Hadi Prayitno Mohon Tunggu... Penulis - Lahir di Ampel, Boyolali, Jateng. Sarjana Publisistik UGM, lulus 1982. Pensiunan Pegawai TVRi tahun 2013.

Pensiunan PNS, penulis fiksi. Menulis untuk merawat ingatan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Dwi Sasono Ditangkap Polisi, Sikap Istri, dan Nasihat KH Maimun Zubair

3 Juni 2020   22:07 Diperbarui: 3 Juni 2020   22:05 6979
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pasti tidak, itulah agaknya jawaban atas pertanyaan: adakah suami yang sempurna? Tidak ada. Besar atau kecil ada saja cacatnya, cacat lama atau baru, hal kecil hingga kriminal. Seorang isteri mestinya menyadari hal itu dan mau melihat suaminya tidak sempurna.

Sebaliknya banyak pula isteri yang menutupi kekurangan suami. Dengan berbagai alasan sebenarnya mereka tidak mau menerima keadaan suami apa adanya. Dua gambaran di atas tentu sama-sama kurang baik.

Mengapa tidak berterus terang?  Mungkin suami takut isteri tidak dapat menerima keterusterangannya --seberapapun kecil kekurangan yang dimilikinya-. Itu sebabnya, alangkah sulit-berat dan rumit bila satu sosok atau pasangan terlanjur diidolakan menjadi yang sempurna.

Tulisan ini khusus untuk Widi Mulia, isteri Dwi Sasono yang seminggu lalu (26/5/ 2020) ditangkap Polisi karena kepemilikan ganja seberat 16 gram.

Berita megenai penangkapan berton-ton ganja sering hanya selintas saja diberitakan, sebaliknya berita terkait beberapa belas gram saja justru sangat menghebohkan. Ya, karena Dwi Sasono seorang aktor terkenal. Ia dengan isterinya pun dikenal harmonis. Selintas tampak tanpa cacat apapun untuk kesuksesan dan kebahagiaan keduanya.

Sayang, seminggu Dwi Sasono di tahanan Polda Metro Jaya, Jakarta Selatan sang isteri belum sekalipun menjenguk. Ia terkesan mengambil jarak dengan sang suami. Media menulis hal itu sebagai bentuk rasa terpukul dan kecewa bahwa suaminya mengakui ketergantungan pada narkoba jenis ganja.

* 

Tidak ada suami yang tidak ingin tampil sempurna di depan sang isteri. (demikian pula isteri di depan sang suami), Sebabnya banyak lelaki, dan kemudian menjadi suami, yang berusaha keras untuk menjadi sempurna. Aneka cara dilakukan. Bila terkait dengan kerja kreatif maka: rokok, minum kopi dan/atau minuman beralkohol, begadang, bahkan akrab dengan narkoba tak jarang menjadi sarana untuk mempertahankan kesempurnaan mereka.

Ada beberapa akibat dari kenyataan itu. Pertama, tak sedikit yang mati muda. Seperti juga kerja otot bila dipacu, kerja otak --terutama yang terkait dengan kreativitas- pun bila dipacu kencang maka yang bersangkutan memerlukan bahan-bahan pemacu: rokok dan kopi sebagai awal. 

Pada satu kesempatan penyanyi campursari -yang belum lama ini berpulang- Didi Kempot mengungkapkan menghabiskan 14 gelas kopi untuk menghasilkan sebuah lagu.

Seterusnya bisa memanfaatkan berbagai bentuk suplemen, sebelum kemudian meningkat ke bahan-bahan berbahaya dan dilarang. Akibatnya sama-sama fatal: kematian mendadak.

Orang-orang yang bekerja sebatas kemampuan, yang membatasi diri agar tidak terlalu keras menghasilkan produk kreatif, mungkin tidak akan sampai pada kondisi yang mencelakakan. 

Namun, tuntutan-tantangan dan bahkan iming-iming finansial sungguh sangat melenakan. Kalau berbicara artis musik ada yang mengandalkan pada upaya musrik dengan datang ke dukun. Bila tidak, ya mengandalkan barang haram bernama narkoba.

Mungkin -dan mudah-mudahan- Dwi Sasono tidak dalam kondisi tersebut. Penulis hanya mengungkap pengetahuan umum. Tapi terbukti ia memang tidak sempurna. Jadi alangkah sayangnya bila Widi Mulia tidak segera memahami hal itu. 

Terkejut, kecewa, dan marah menjadi hal lumrah, sukar dihindari. Namun, harapannya cepat-cepatlah memaafkan dan segera menjenguk suami. Dwi Sasono sangat perlu kata maaf dan perhatian, juga dukungan, sebab hati dan perasaannya pun pasti sangat hancur.

Mudah-mudahan Dwi Sasono --seiring proses waktu- pulih seperti sedia kala sebagai suami yang penuh tanggungjawab, humoris, perhatian dan siap membela apapun kepentingan anak-isteri.  

*

Pemberitaan lain menyebutkan: Artis peran Dwi Sasono mengaku ketergantungan narkoba dan menyesal telah mengonsumsi barang haram tersebut. Pernyataan tersebut disampaikan Dwi dalam konferensi pers yang disiarkan langsung melalui Instagram Polres Jakarta Selatan, Senin (1/6/2020). "Saya memang betul pemakai, saya memang ketergantungan, saya salah," kata Dwi.

Khawatir dicap sebagai kriminal, Dwi Sasono  menyatakan dirinya bukan pengedar narkoba, bukan penipu. Dia menyebut dirinya sebagai korban, ya korban penyalahgunaan narkoba.

*

Adapun sikap dan perasaan Widi Mulia yang belum menjenguk suaminya di tahanan polisi mudah-mudahan itu hanya tafsir media. Mungkin rasa terkejut yang membuatnya begitu. Tidak ada rasa marah, apalagi benci.

Tentu Widi tidak mau kehilangan semua harapan terhadap suami dan kelangsungan rumah tangga mereka. Barangkali ia pernah membaca nasihat seorang kyai penuh karomah. Namanya Mbah Mun, lengkapnya KH Maimun Zubair.

Beliau menyebut, fungsi primer suami adalah untuk jadi tameng bagi dosa-dosa seorang isteri di neraka. Bila suami ridha pada isteri maka dosa-dosa isteri langsung dimaafkan Allah.

Dalam sebuah hadits shahih disebutkan (yang artinya): "Seorang istri meninggal dunia dan suaminya ridha sepenuhnya kepadanya, maka langsung masuk surga". Ditambahkan Mbah Mun, tugas suami yang lain-lain (tidak bekerja, tidak punya insiatif mendapatkan penghasilan, tidak mampu menjadi bapak yang baik bagi anak-anak, dan seterusnya) itu sekunder dan tersier. Jangan dibalik-balik.

*

Nah, itu saja. Setiap orang, dan setiap isteri, tentu punya pendapat dan harapan sendiri terhadap suami mereka. Orang lain yang tidak mengalami belum tentu tahu pula gejolak hati mereka. Tetapi mudah-mudahan Dwi Sasongko -- dan para suami lain yang terkena ketergantungan narkoba-  dapat mengubah sikap sehingga tidak menjadi terlalu buruk di hadapan isteri.

Sementara itu para isteri tetaplah penuh harap bahwa ketidaksempurnaan suami mereka menjadi ujian kesabaran yang tidak sulit dilalui. ***

Cibaduyut, 3 Juni 2020 / 11 Syawal 1441

Keterangan:
KH. Maimun Zubair (Mbah Mun), ulama besar dari Rembang, Jawa Tengah. Beliau wafat dalam umur 90 tahun ketika menunaikan ibadah haji tahun 2019, dan dimakamkan di kota suci Makkah al Mukarromah.

Baca juga tulisan menarik sebelumnya:
nurhadi-ditangkap-kpk-dalih-praperadilan-untuk-kabur-dan-contoh-buruk
jokowi-menyemangati-diri-sendiri-kita-harus-jadi-pemenang
george-floyd-tewas-di-tangan-polisi-warga-kota-minneapolis-as-rusuh
cerpen-harta-karun-seorang-penulis

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun