Pasti tidak, itulah agaknya jawaban atas pertanyaan: adakah suami yang sempurna? Tidak ada. Besar atau kecil ada saja cacatnya, cacat lama atau baru, hal kecil hingga kriminal. Seorang isteri mestinya menyadari hal itu dan mau melihat suaminya tidak sempurna.
Sebaliknya banyak pula isteri yang menutupi kekurangan suami. Dengan berbagai alasan sebenarnya mereka tidak mau menerima keadaan suami apa adanya. Dua gambaran di atas tentu sama-sama kurang baik.
Mengapa tidak berterus terang? Â Mungkin suami takut isteri tidak dapat menerima keterusterangannya --seberapapun kecil kekurangan yang dimilikinya-. Itu sebabnya, alangkah sulit-berat dan rumit bila satu sosok atau pasangan terlanjur diidolakan menjadi yang sempurna.
Tulisan ini khusus untuk Widi Mulia, isteri Dwi Sasono yang seminggu lalu (26/5/ 2020) ditangkap Polisi karena kepemilikan ganja seberat 16 gram.
Berita megenai penangkapan berton-ton ganja sering hanya selintas saja diberitakan, sebaliknya berita terkait beberapa belas gram saja justru sangat menghebohkan. Ya, karena Dwi Sasono seorang aktor terkenal. Ia dengan isterinya pun dikenal harmonis. Selintas tampak tanpa cacat apapun untuk kesuksesan dan kebahagiaan keduanya.
Sayang, seminggu Dwi Sasono di tahanan Polda Metro Jaya, Jakarta Selatan sang isteri belum sekalipun menjenguk. Ia terkesan mengambil jarak dengan sang suami. Media menulis hal itu sebagai bentuk rasa terpukul dan kecewa bahwa suaminya mengakui ketergantungan pada narkoba jenis ganja.
*Â
Tidak ada suami yang tidak ingin tampil sempurna di depan sang isteri. (demikian pula isteri di depan sang suami), Sebabnya banyak lelaki, dan kemudian menjadi suami, yang berusaha keras untuk menjadi sempurna. Aneka cara dilakukan. Bila terkait dengan kerja kreatif maka: rokok, minum kopi dan/atau minuman beralkohol, begadang, bahkan akrab dengan narkoba tak jarang menjadi sarana untuk mempertahankan kesempurnaan mereka.
Ada beberapa akibat dari kenyataan itu. Pertama, tak sedikit yang mati muda. Seperti juga kerja otot bila dipacu, kerja otak --terutama yang terkait dengan kreativitas- pun bila dipacu kencang maka yang bersangkutan memerlukan bahan-bahan pemacu: rokok dan kopi sebagai awal.Â
Pada satu kesempatan penyanyi campursari -yang belum lama ini berpulang- Didi Kempot mengungkapkan menghabiskan 14 gelas kopi untuk menghasilkan sebuah lagu.
Seterusnya bisa memanfaatkan berbagai bentuk suplemen, sebelum kemudian meningkat ke bahan-bahan berbahaya dan dilarang. Akibatnya sama-sama fatal: kematian mendadak.