Ya, viral mengubah banyak hal. Yang tadinya biasa-biasa saja menjadi luar biasa, yang semula tak digubris dan bahkan disepelekan mendadak terkenal-beken-tenar dan menasional kabarnya.
Perubahan itu sekaligus pada dua sisi yang saling berseberangan. Satu pihak pada sisi kebaikan dan keuntungan (semula sebagai korban), pada sisi lain ada yang menjadi obyek hujatan dan bahkan dalam sekejap menjadi pesakitan (pelaku).
Viral takjarang berawal dari peristiwa yang semula diniati sekadar hiburan dan bahan lelucon (ada yang berdalih nge-prank), direkam dan kemudian disebarkan sendiri dengan pongahnya ke media sosial. Biasa si pelaku anak-anak muda yang kurang kerjaan (mungkin merasa sok kaya, sok hebat, sok jagoan, dan hal lain serupa itu), yang tidak berpikir panjang akibat kelakuan mereka, dan bahkan mereka yang bodoh kelewatan.
Bodoh pertama yaitu melakukan tindakan tidak sepantasnya (termasuk perundungan, prank keterlaluan); sedangkan bodoh kedua peristiwa itu mereka sebarluaskan sendiri. Bukti "kenakalan" itu mereka "sombongkan" kepada khalayak media sosial.
Setelah menjadi viral (dan mendapat banyak kecaman-cercaan dan kemarahan) barangkali mereka baru menyadari kesalahan yang mereka buat. Tetapi sudah terlambat, dan urusan Polisi pun harus mereka hadapi.
Bocah Gemuk
Orang tak banyak kenal pelaku sebelum peristiwanya viral. Maka ihwal supaya viral banyak direkayasa, terutama oleh para politikus dan selebritis, serta para youtubers. Mereka membuat status maupun konten bernuansa konflik, polemik, kontroversi, dan muatan aneh-aneh.
Kreativitas yang keterlaluan dan kebablasan serta tidak patut pun dimunculkan. Sekadar cari sensasi, soal lain-lain urusan nanti. Setelah banyak dikecam biasanya cepat dihapus. Tetapi urusannya tidak selesai begitu saja. Apalagi jejak digitalnya pun sudah menyebar luas.
Paling mutakhir, viral memperlihatkan sebuah video seorang anak sangat gemuk bernama Rizal (12), di bully oleh Firdaus (26) dan sejumlah teman-temannya. Peristiwanya di Kelurahan Bonto-bonto, Kecamatan Ma'rang, Kabupaten Pangkep, Sulawesi Selatan, Ahad, 17 Mei 2020.
Si anak penjual jalangkonte (jajanan khas warga setempat, serupa pastel) keliling dengan menaiki sepeda. Mungkin karena kondisi tubuh dan sepeda yang dikayuh Rizal membuat sejumlah pemuda kesenangan mengganggunya. Â Hari itu ia dikejutkan hingga terjatuh dari sepeda, lalu dipukul, dan bahkan didorong terjungkal masuk selokan.
Anak-anak muda itu pun tertawa-tawa. Setelah jadi urusan Polisi mungkin mereka jadi agak sulit tertawa. Sebab giliran orang lain yang akan tertawa, mentertawakan kebodohan dan kesembronoan mereka dalam bersikap dan bertingkah-laku yang tidak pantas.
Paket Batu
Peristiwa sebelumnya yang berujung pada urusan Polisi belum lama ini juga terjadi. Seorang Ferdian Paleka beserta dua orang temananya membuat prank membagi-bagikan paket sembako yang diisi sampah dan batu.
Konten video yang dimaksud untuk hiburan itu pun viral. Bersamaan dengan itu para korban lapor polisi. Rumah Ferdian sempat digeruduk warga kampung, hingga ia melarikan diri. Coba bersembunyi,dan mungkin untuk memperpanjang durasi menjadi bahan pemberitaan media. Akhirnya tertangkap.
Saat tertangkap itu mungkin ia tak terhibur sama sekali, sebab keuntungan finansial belum didapat. Yang diperoleh justru jadi bahan tertawaan netizen dan sebagia penghuni rumah tahanan yang ganti nge-prank tiga remaja itu dengan menelanjangi dengan perlakukan tertentu sekadar untuk hiburan.
Orang-orang yang geram atas ulah Ferdian tentu sedikit terhibur, sebab pembalasan datang tak terlalu lama. Meski sangat aneh mengapa para tahanan memperoleh  ponsel hingga dapat membuat konten seperti itu.
Urusan Polisi
Viral selain membuat para pelaku maupun korban seketika dikenal dan terkenal, juga melibatkan emosi netizen meninggi.
Sebetulan selain soal politik dan sosok poltikus yang gampang membuat pro-kontra dengan segenap kerancuan maupun gegap-gempita yang kerap tidak berfaedah, viral sekadar hal-hal ajaib seperti itu bermula dari peristiwa biasa pada banyak daerah. Tetapi karena diunggah di media sosial dan banyak diminati hingga menjadi viral maka keajaiban lain pun muncul.
Ferdian Paleka dibanjiri simpati setelah video "perpeloncoan" di ruang tahanan ganti menjadi viral.
Sedangkan Rizal mendapat banyak sismpati. Tengah malam setelah kejadian ia mendapat hadiah sebuah sepeda baru dari sebuah perkumpulan. Tanda keprihatinan dan dukungan lain berdatangan.
Rizal memang pantas mendapat simpati. Dengan badannya yang sangat gemuk (lebih gemuk dari rata-rata anak gemuk), ia mau membantu orangtuanya berjualan.
Mungkin peristiwa itu tidak terjadi kalau saja Rizal tidak bercanda dengan berujar dalam bahasa Bugis: "Iya' tolo'na Ma'rang" (Saya jagoannya Kecamatan Ma'rang)." Mendengar ucapan demikian Firdaus kesal dan menantang Rizal, dan terjadilah perundungan itu.
Lepas dari berbagai persoalan seputar viral, peristiwa itu menjadi urusan Polisi. Â Untuk pembelajaran kita semua bahwa perundungan apapun motifnya dapat berdampak hukum.
*
Mudah-mudahan ke depan sosok seperti Ferdian Paleka dan Firdaus Pangkep tidak ada penirunya, tidak dijadikan idola. Penjara mungkin tidak menakutkan bagi para kriminal (terlebih para residivis), tetapi bercanda orang-orang muda yang berujung penjara sungguh memprihatinkan. ***
Selemirung, 18 Mei 2020
Singgalah juga pada tulisan sebelumnya
cerpen-dua-orang-buruh-gendong
firdaus-ancam-bunuh-bupati-aceh-tengah-shabela-abubakar-ada-apa
waspadai-pedagang-samarkan-daging-babi-menjadi-daging-sapi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H