Mohon tunggu...
Sugiyanto Hadi Prayitno
Sugiyanto Hadi Prayitno Mohon Tunggu... Penulis - Lahir di Ampel, Boyolali, Jateng. Sarjana Publisistik UGM, lulus 1982. Pensiunan Pegawai TVRi tahun 2013.

Pensiunan PNS, penulis fiksi. Menulis untuk merawat ingatan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Guru Mendatangi Siswa Memang Kurang Kerjaan

23 April 2020   19:07 Diperbarui: 23 April 2020   19:08 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Biasanya orang menghindari pekerjaan, menjauh, dan kalau perlu bersembunyi. Tetapi Avan Fathurrahman sebaliknya. Ia justru mencari-cari pekerjaan, tidak takut lelah, dan mau saja keluar uang bensin.

Ya, apa sebutannya untuk orang seperti itu kalau bukan 'kurang kerjaan'? Yang lebih memprihatinkan lagi apa yang dilakukannya itu dilarang, tidak diperbolehkan, dan dihindari orang banyak orang. 

Avan Fathurrahman nekat. Ia mengaku sendiri bukan guru yang patuh perintah. Ia merasa tidak patut dicontoh. Tetapi hati nuraninya yang membuat keputusannya bulat seperti itu.

Ia mendatangi siswanya satu per satu, meski jauh. Jaraknya hingga 20 kilometer ia harus menempuh perjalanan menggunakan sepeda motornya. Tak jarang harus disambung dengan jalan kaki menyusuri setapak. Aktivitas belajar dari rumah itu mulai berjalan pada awal Maret 2020.

Ia ikhlas, rela, dan senang-senang saja. Seminggu 3 kali perjalanan dilakukannya. Dan satu lagi, biaya bensin ditanggung sendiri. Tidak ringan pengorbanannya, ia betul-betul orang yang kurang kerjaan.

*

Tulisan awal di atas merupakan pengandaian bila saya menjadi sejawat guru yang tidak setuju dengan apa yang dilakukan oleh Avan Fathurrahman. Pasti ada saja orang yang bersikap normatif, ikut aturan saja, dan buntutnya tidak cukup kreatif untuk menyiasati keadaan.

Tangapan dan pendapat seperti itu tidak salah, dan sah-sah saja. Orang berbeda pendapat memang perlu, untuk saling mengingatkan.

Namun, guru di pelosok Sumenep, ujung timur Pulau Madura itu, memang mengambil keputusan yang berbeda. Alasannya, daerah yang didiaminya memang jauh berbeda. 

Pelosok, kampung, dan serba sederhana kehidupan masyarakatnya. Kebijakan Pemerintah Pusat, melalui Kemendikbud, dengan belajar jarak jauh tidak cocok dilakukan di kawasan tersebut.

Demikian pun bukan berarti ia mencari penyakit. Ia saya percaya pada ganasnya penularan dan dampak mematikan Covid-19. Rasa takut ada, was-was pun dirasakan pada awalnya. Tetapi pengabdian serta panggilan hati nurani mengharuskannya mendatangi setiap siswa.

Kemampuan ekonomi para orangtua siswa sangat terbatas. Mereka buruh tani, dan orang-orang desa dengan penghasilan terbatas. Telepon pintar atau smartphone serrta kuotanya mereka tak punya. Pesawat televisi pun tidak semua memiliki. Karenanya tuntutan belajar jarak jauh tak terpenuhi, tidak dapat terlaksana sebagaimana yang diharapkan. 

Pak guru Avan Fathurrahman datang, berkunjung, menyambangi satu per satu siswanya. Itu berarti juga bersilaturahmi dengan para orangtua siswa. Aktivitas itu belum tentu dapat dilaksanakannya tanpa adanya wabah virus Corona.

*

Dalam postingannya selama beberapa hari di Facebook, Avan Fathurrahman mencerita apa yang dilakukannya. Pengalaman, pemikiran, dan harapannya terkait dengan belajar jarak jauh ditulisakannya dengan judul: "Ternyata saya belum jadi guru yang baik."

"Sudah beberapa minggu saya berada dalam posisi yang dilematis. Bukan masalah rindu. Tapi tentang imbauan Mas Mentri, agar bekerja dari rumah. Ini jelas tidak bisa saya lakukan, karena murid saya tidak punya sarana untuk belajar dari rumah. Mereka tidak punya smartphone, juga tidak punya laptop. Jikapun misalnya punya, dana untuk beli kuota internet akan membebani wali murid."

Karena tuntutan belajar jarak jauh, ada orangtua yang berusaha meminjam smartphone dari orang lain, ada yang mau membeli. Mereka hanya punya ponsel, bukan smartphone. Avan menjawab kerisauan oangtua itu dengan kesanggupan mendatangi tiap siswa. Seperti ditulisnya lebih lanjut:

"Siswa bisa belajar dari buku-buku paket yang sudah dipinjami dari sekolah. Saya bilang, bahwa sayalah yang akan berkeliling ke rumah-rumah siswa untuk mengajari."

Viralnya perjuangan Avan Fathurrahman membuka kenyataan lain yang tak kalah memprihatinkan. Yaitu jumlah siswa di SD Negeri Batuputih Laok 3, Sumenep, Madura, Jawa Timur, yang hanya 20 orang.

Masih melalui FB, ia jelaskan:

"Sekolah saya kan agak pelosok. Kalau kelas VI-nya sendiri 5 orang, sedikit. Kelas V itu 4 (siswa), kelas III, 3 (siswa). Kalau siswanya (dari kelas I-VI) enggak sampai 20, karena bener di pelosok," kata Avan mengutip Artikel Kompas.com:

"Kalau gurunya itu yang PNS itu 4. Jadi kepala sekolah 1, guru agama 1, guru olahraga 1, saya guru kelas," lanjut dia.

Tak terbayangkan bagaimana kalau jumlah siswa tiap kelas 20 atau 30 orang anak. Tentu Avan Fathurrahman tidak selesai dalam sehari mendatangi tiap-tiap rumah siswa. Dan entah karena pertimbangan apa sehingga SDN Batuputih Laok 3 tidak digabung dengan SDN lain.

*

Demikian sekadar gambaran betapa beragam kondisi di tanah air. Masih banyak daerah yang sangat tepencil, dan seperti terisolir, sehingga perlakuannya harus dibedakan.

Ke depannya harus mendapat penggantian atas uang bensin maupun jerih payahnya mendatangi siswa. Dan lebih dari itu, mudah-mudahan kesadaran warga masyarakat untuk menyekolahkan putera-puteri mereka di SD tersebut terus meningkat, sehingga jumlah siswa pun bertambah.

Maka Pak guru Avan Fahurrahman sudah selayaknya diapresiasi dan menginspirasi para guru lain. Ia bukan guru kurang kerjaan. Demi pengabdian dijalaninya peran sebagai guru dengan penuh tanggungjawab.

Satu di antara pihak yang memberikan bantuan sebagai wujud apresiasi yang dilakukan guru Avan Fathurrahman itu datang dari Wakil Bupati Sumenep,  Achmad Fauzi.

*

Itu saja. Jumat besok, insyaAllah setiap muslim mulai menjalani shaum Ramadan sebulan penuh. Mohon maaf lahir batin. Semoga amal-ibadah kita selama Ramadan diterimaNya, dan menjadikan kita lebih sehat-kuat-bersemangat untuk menghalau Covid-19. Aamiin ya Robbal 'Alamin. ***

Sekemirung, 23 April 2020 / Sehari jelang bulan Ramadan 1441 Hijriah

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun