Mohon tunggu...
Sugiyanto Hadi Prayitno
Sugiyanto Hadi Prayitno Mohon Tunggu... Penulis - Lahir di Ampel, Boyolali, Jateng. Sarjana Publisistik UGM, lulus 1982. Pensiunan Pegawai TVRi tahun 2013.

Pensiunan PNS, penulis fiksi. Menulis untuk merawat ingatan.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Hoaks Tetap Marak, Tak Peduli Covid-19 Merenggut Nyawa Orang Banyak

7 April 2020   22:53 Diperbarui: 7 April 2020   22:54 129
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
hoax/hoaks atau berita bohong masih marak / detik.com

Kabar bohong dan berita palsu, alias hoaks/fake news, tak pernah berhenti diproduksi. Bangkitnya teknologi informasi yaitu internet serta berbagai platform media sosial telah membuat berita palsu menyebar secepat sangat cepat.

Bersamaan dengan itu tak berhenti pula orang untuk mempercayainya. Apakah ini karena kepiawaian si produsen "barang palsu" itu, atau karena konsumennya sudah kecanduan.  

Mungkin benar produsennya memang canggih dan mumpuni dalam hal meramu kebohongan. Entah tidak disengaja, atau memang sebagai pekerjaan utama mereka. Yang pasti produk KW itu laris manis, bak pisang goreng panas-panas terhidang dikala senggang.

Ihwan barang palsu tersebut boleh jadi mengikuti tuntutan pasar: kosumen paling demen pada produk berkualitas (kalau perlu dengan brand memadai) dengan harga murah. Kalah dalam ungkapan kuliner murah-meriah ada ungkapan: "rasa bintang lima, harga kaki lima". Tetapi kalau mengenai hoaks mungkin mereka menggunakan dua pepatah yang digabungkan secara semaunya, yaitu: "rasa kaki lima, luntur tidak ditanggung". Maaf, nggak nyambung ya.

*

Tetapi yang terbanyak diulas media mengenai mengapa orang mudah percaya pada hoaks. Bukan mengapa orang memproduksi hoaks. Padahal sumber segala masalah ya para produser hoaks itu.  

Hoaks dibuat awal-mulanya berawal dari iseng, candaan, dan sikap gagah-gagahan. Tetapi kemudian meningkat menjadi kebutuhan pribadi, menjadi tuntutan kehidupan, dan bahkan kepuasan. Bahkan kemudian tak jelas lagi mengapa ada orang yang secara sosial-ekonomi baik-baik saja, tetapi kehidupan mereka dalam bermedia sosial berubah beringas sebagai produsen hoaks.

Produsen hoaks, sebagaimana produsen produk lainnya, tentu punya maksud dan tujuan sama. Yaitu mencari dan mengejar keuntungan. Baik keuntungan yang boleh diperlihatkan kepada orang lain, atau sekadar keuntungan pribadi dan harus ditutup-tutupi.

Orang lain yang perlu tahu itu bisa saja para teman-kolega-relasi, atau sebaliknya para musuh-pesaing-berseberangan pemikiran, dan tentu para pemilik uang (bila produser hoaks itu orang bayaran).

Produser hoaks yang paling dikenal barangkali dua sosok dibalik sebuah tabloid yang fenomenal pada pilpres lalu. Keduanya mendapat ganjaran bui, dan sudah kembali bebas. Kalau ada yang membayar bukan tidak mungkin mereka kembali pada pekerjaan lama. Bukan tidak mungkin hasil karya keduanya dalam bentuk tulisan pada beberapa nomor terbitan tabloid tersebut mengilhami para produser hoaks generasi berikutnya.

Tetapi yang pasti para produser hoaks bisa siapa saja. Para cerdik-pandai secara akademis dan para pemuka agama pun yang sangat saleh dan alim tidak sedikit yang terjerumus pada pemikiran berdasarkan hoaks. Menyedihkan dan mengherankan.

Maka tanpa perlu diberi alasan macam-macam pun sebenarnya mudah saja warga masyarakat terjebak-terperosok-terhipnotis dan terkagum-kagum pada informasi dusta-bohong-culas berupa hoaks. Lalu dengan bangga meresposting dan memviralkannya.

*

Ancaman pidana agaknya kurang diperhatikan para produser hoaks maupun penyebarnya. Itu sebabnya Polisi harus bekerja keras memantau pergerakan mereka. Saat ini, ketika pandemik covid 19 masih ganas merajalela, ganas pula para produser hoaks menekuni pekerjaan mereka.

Kabareskrim Polri Komjen Listyo Sigit Prabowo soal surat telegram kepada detikcom, Minggu (5/4/2020), mengemukakan perintah kepada jajaran Polri antara lain:

Melaksanakan patroli siber untuk monitoring perkembangan situasi, serta opini di ruang siber, dengan sasaran penyebaran hoaks terkait Covid-19, hoax terkait kebijakan pemerintah dalam mengantisipasi penyebaran wabah Covid-19, penghinaan kepada penguasa/presiden dan pejabat pemerintah, praktek penipuan penjualan online alat-alat kesehatan, masker, APD, antiseptik, obat-obatan dan disinfektan. Dan melaksanakan penegakan hukum secara tegas.

*

Seberapa ganas produsen hoaks coba merusak kehidupan bermasyarakat-berbangsa dan bernegara dapat disimak dari jumlah kasus hoaks yang ditangani Polisi.

Ada 77 kasus hoaks mengenai covid-19 di media sosial yang ditangani Direktorat Tindak Pidana Siber Bareskrim Polri dan Polda jajaran selama kurun waktu 30 Januari hingga 6 April 2020. Dari jumlah kasus itu 77 orang yang ditetapkan sebagai tersangka. Kasusnya selain ditangani Direktorat Tindak Pidana Siber, Bareskrim Polri, juga 22 Polda. Yang terbanyak di Polda Jawa Timur dan Polda Metro Jaya masing-masing menangani 11 kasus.

Dari 77 tersangka sebanyak 12 orang diantaranya ditahan. Rinciannya, 2 tersangka kasusnya ditangani Bareskrim Polri, 1 orang kasusnya di Polda Kalbar dan 9 orang kasusnya ditangani di Polda Metro Jaya.

*

Sekadar mengingatkan kepada para produser hoaks maupun para penyebarnya, pekerjaan kalian buruk dan tidak bermanfaat sama sekali. Di tengah suasana gawat menghadapi pandemik Covid 19 kalian malah memperkeruh suasana.

Tiap hari jumlah orang yang tertular Covid-19 terus bertambah, demikian pula jumlah pasien tertular yang meninggal dunia.  

Data update Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 per Selasa (7/4/2020) menyebutkan saat ini terakumulasi ada 2.738 kasus terkonfirmasi Covid-19 di seluruh Indonesia. Dari sejumlah itu 204 sembuh, 221 meninggal dunia.

Sebagai perbandingan, data global menunjukkan sudah ada 211 negara terpapar, total 1.214.466 kasus terkonfirmasi, dan 67.767 kasus meninggal dunia.

Itu saja. Stop hoaks, stop fake news. Meski tidak sedikit pasien yang sembuh, di luar sana orang tertular Covid-19 dan korban tewas makin banyak. ***

Cibaduyut, 7 April 2020

Gambar

Singgahi juga tulisan menarik terdahulu:
diduga-positif-corona-dua-orang-dokter-di-bangkalan-tetap-buka-praktik
dianiaya-warga-saat-sosialisasi-bahaya-covid-19-kepala-kampung-di-sumbar-luka-lebam
hadiri-pernikahan-kompol-fahrul-rica-wakapolri-mestinya-juga-diperiksa
jemaat-gereja-bethel-ramai-ramai-tertular-virus-corona

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun