Mohon tunggu...
Sugiyanto Hadi Prayitno
Sugiyanto Hadi Prayitno Mohon Tunggu... Penulis - Lahir di Ampel, Boyolali, Jateng. Sarjana Publisistik UGM, lulus 1982. Pensiunan Pegawai TVRi tahun 2013.

Pensiunan PNS, penulis fiksi. Menulis untuk merawat ingatan.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Spanduk di Masjid Raya Bandung Diturunkan, Polisi Redam Benih Konflik

21 Maret 2020   00:26 Diperbarui: 21 Maret 2020   14:36 1414
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
spanduk protes penutupan kegiatan masjid raya bandung (pikiran-rakyat.com)

Tiga spanduk besar di Masjid Raya Bandung diturunkan sekelompok orang, Jumat siang (20/3/2020). Spanduk berisi pemberitahuan pemberhentian sementara kegiatan masjid. Tujuannya untuk ikut menanggulangi penyebaran virus Corona.

Namun, agaknya sejumlah orang tidak setuju terhadap isi spanduk itu. Mereka pun menurunkannya.

Bila tidak cepat diatasi maka peristiwa kecil ini bisa berkembang menjadi benih konflik.

Kepolisian Sektor Kota Regol telah melakukan pengamanan dan musyawarah dengan massa dari Forum Komunikasi Siaga Umat. Diketahui forum tersebut telah menurunkan spanduk untuk imbauan sementara tentang maklumat tidak salat di Masjid Raya Agung guna antisipasi penyebaran virus Corona.

Langkah yang dilakukan adalah dengan memediasi antara pihak Dewan Keluarga Masjid (DKM) Raya Bandung dan Forum Siaga Umat.

*

Soal penurunan spanduk di masjid Raya Bandung mengapa terjadinya hari ini? Ya, karena hari ini masjid tersebut tidak menyelenggarakan salat Jumat berjamaah seperti Jumat-jumat sebelumnya. Beberapa kegiatan rutin lainnya pun ditiadakan.

Masa mengambil momentum tepat agar diliput media. Dengan begitu gema atas pernyataan mereka meluas. Dan itu yang dikhawatirkan. Soal penanggulangan penyebaran virus Corona melebar ke mana-mana. Kejadian ini sungguh tidak sehat.

*

Pro-kontra dalam menyikapi suatu peristiwa menajdi hal biasa pada alam demokrasi saat ini. Tetapi mungkin agak berlebihan bila soal penanggulangan wabah pun dijadikan ajang untuk bermain-main pendapat pro-kontra.

Berbagai pihak setuju atas karantina mandiri warga masyarakat. 

Seruan mantan Panglima TNI Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo agar memakmurkan masjid dan salat berjemaah di tengah pandemi virus Corona (COVID-19) menuai kritik. Gatot diingatkan tentang Islam sebagai agama yang rasional.

Ajakan untuk memakmurkan masjid di tengah wabah virus Corona itu disampaikan Gatot lewat akun Instagram-nya @nurmantyo_gatot seperti dilihat detikcom, Rabu (18/3/2020). Gatot mulanya berbicara mengenai pandangan yang keliru dari sebagian orang Islam.

Menanggapi hal itu, Majelis Ulama Indonesia (MUI) menyebut semangat keagamaan harus disertai pemahaman secara utuh.

"Jadi prinsipnya di dalam kehidupan beragama itu semangat keagamaan saja tidak cukup, semangat keagamaan harus disertai dengan pemahaman keagamaan secara utuh dan komprehensif," kata Sekretaris Komisi Fatwa MUI, Asrorun Niam Sholeh, di kantor BNPB, Jl Pramuka, Utan Kayu Utara, Matraman, Jakarta Timur, Kamis (19/3/2020).

Dia mengatakan, dalam aturan hukum Islam, ada hukum yang seharusnya, tetapi ada juga hukum yang sesuai dengan kondisi faktual, atau yang biasa disebut 'azimah' dan 'rukhsah'. Dia mencontohkan syarat dalam salat fardhu.

*

Ada beberapa pihak lain yang berpendapat serupa Gatot Nurmantyo. Tetapi jauh lebih banyak yang besikap sebaliknya, yang dengan berbesar hati mengakui bahwa kecepatan dan keganasan virus Corona tidak boleh disepelekan. Bahkan ada yang meminta tindakan "Lockdown" seperti beberapa negara lain.

Jadi, jangankan bergandeng tangan dan bahu-membahu untuk memperkuat semangat dan perjuangan melawan Corona, ada saja pihak yang justru melemahkan.

Kurang informasi dan literasi menjadikan orang berpendapat tidak komprehensif. Kesannya jadi asal-asalan.

*

Virus Corna yang kemudian disebut sebagai Covid-19 memunculkan beberapa hal untuk dipertentangkan. Pendapat orang terbelah, sikap dan perilaku orang pun berbeda-beda. 

Bagi kita yang memutuskan tetap tinggal di rumah, mengganti salat Jumat berjamaah di masjid dengan salat zuhur di rumah, bukan berarti kita kalah. Kita sekadar mundur selangkah untuk melihat situasi lebih cermat, dan Jumat berikutnya atau beringkutnya lagi tidak mangkir.

Bagi Anda yang memilih mengabaikan ancaman dan kenyataan yang terjadi, tidak ada yang dapat melarang. Meski telah puluhan ribu orang di seluruh dunia yang terinfeksi, dan ribuan orang meninggal karenanya, tidak ada rasa was-was dan takut. Dan itu sebuah pilihan.

Pilihan untuk menyerahkan semua persoalan ini kepada Sang Khalik, yang membuat penyakit, dan diyakini bakal memberikan obatnya pula. Dengan i'tikaf, salat, dzikir, mengaji Al Qur'an, dan bermunajat sepenuh pengharapan. Itu lebih baik, daripada bersembunyi di dalam rumah.

Pilihan itu jelas, dan sangat terang-benderang, tetapi tidak mudah melakukannya. Menghindari kerumunan, atau menantang wabah? Terserah.

*

Kembali ke peristiwa penurunan tiga buah spanduk di Masjid Raya Bandung, mudah-mudahan hal itu tidak menjadi benih konflik. Tidak menjadi percik api yang bakal menjalar ke mana-mana. Alhamdulillah, Polisi telah memediasi  massa yang menurunkan spanduk dengan  DKM bersangkautan.

Mudah-mudahan permasalahannya selesai di situ. Pilihan ditentukan pada diri kita masing-masing. Tetap ingin ke masjid, cari yang lain. Kalau satu masjid tidak mengadakan salat wajib berjamaah, atau bahkan tidak mengadakan salat Jumat, carilah masjid yang lebih kecil. Cari di tempat yang warganya belum tersentuh wabah. 

Itu saja. Memperkaya literasi terkait dengan virus Corona serta upaya menangkal maupun menanggulanginya saat ini menjadi wajib. Terlebih bila akan menyebarkannya ke orang lain. 

Semoga wabah dapat segera diatasi, dipadamkan, dienyahkan. Kehidupan segera kembali normal seperti sedia kala. Wassalam. *** Bandung, 20 - 21 Maret 2020

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun