Mohon tunggu...
Sugiyanto Hadi Prayitno
Sugiyanto Hadi Prayitno Mohon Tunggu... Penulis - Lahir di Ampel, Boyolali, Jateng. Sarjana Publisistik UGM, lulus 1982. Pensiunan Pegawai TVRi tahun 2013.

Pensiunan PNS, penulis fiksi. Menulis untuk merawat ingatan.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Masjid dan Upaya Menghambat Penularan Covid-19

17 Maret 2020   13:44 Diperbarui: 17 Maret 2020   14:00 202
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
masjid istiqlal tanpa karpet (sumber: bangka.tribunnews.com)

Ada yang berubah di Masjid Azam sejak dua hari lalu. Sejak subuh tepatnya. Sebab semua karpet digulung. Tinggal lantai granit yang dingin dan sebagian berdebu. Jamaah tidak punya pilihan kecuali salat dan duduk di atasnya meski terasa kurang nyaman.

Penulis merasakannya, lantai dingin. Telapak kaki si tua ini harus bertahan dalam kondisi seperti itu. Namun, hal lain cukup menggembirakan. Sebab suara imam jadi sedikit bergema. Terdengar lebih nyaring. Biasanya masjid berukuran 15 x 20 meter itu seperti berperedam.

Ahad pagi lalu saat Ketua DKM memberi tausiah rutin mingguan. Ia memberitahu mengenai upaya masjid dalam ikut menanggulangi penularan virus Corona. Salah satunya dengan menggulung karpet masjid. Jamaah dianjurkan dari rumah membawa sajadah masing-masing.

"Mohon maaf, demi menjaga kesehatan bersama mulai hari ini karpet akan digulung. Jamaah silakan membawa sajadah sendiri. Hindari dulu bersalaman. Jamaah yang kurang sehat, flu, atau batuk dan demam, dimohon pengertiannya untuk mengisolasi diri dengan beribadah di rumah saja. . . .!" ucap Ketua DKM Azam sebelum mengakhiri tausiahnya.

*

Setiap orang diliputi kekhawatiran akan terkena virus Corona. Tetapi berbagai kepentingan tidak memungkinkan setiap orang berdiam diri saja di rumah. Seorang gubernur terpaksa menganulir kebijakannya sendiri hanya sehari setelah diberlakukan, lantaran mengira pemecahan persoalan itu sesederhana yang diperkirakannya.

Kalau seseorang sudah betul-betul positif tertular virus --dengan berbagai tanda-tanda yang ramai dibincangkan di media sosial- barangkali kita baru memaksakan diri menyendiri.

Terduduk di lantai jadi terasa dingin pikiran mengembara ke mana-mana. Duduk pun jadi tidak betah berlama-lama. Dirasa-rasa badan pun terasa hangat. Sampai rumah buru-buru pasang alat tensi di ketiak. Alhamdulillah suhu tubuh 36,6 derajat Celsius. Masih normal, kata seorang perawat yang kebetulan bertamu ke rumah.

Dua hari terakhir penulis menunggu kelahiran cucu ketiga dari anak pertama. Sejak pagi-agi setelah salat Subuh sudah berangkat ke rumah bersalin Limijati. Seharian, sampai selepas Isya' baru pulang dengan badan letih.

Ada rasa was-was sebab bertemu banyak orang di rumah sakit ibu dan anak itu. Tanpa mengenakan masker pula. Meski sudah diantisipasi dengan banyak cuci tangan menggunakan cairan disinfektan masih juga ada keraguan.

Tetapi yang lebih mengkhawatirkan seorang cucu perempuan 2 tahun. Ia cucu ketiga dari isteri. Suhu badannya 39,5 derajat Celsius. Kedua orang tuanya bingung, tapi perawat yang datang menyarankan minum penurun demam Proris dulu. Sebelumnya minum Sanmol tidak mempan. Dahi panas, tetapi telapak kaki tidak dingin. Beruntung lidah cucu tetap merah, tidak menjadi putih yang menandakan adanya penyakit.

*

Berbagai anjuran untuk berdiam diri di rumah tentu tidak sulit. Terlebih bagi mereka yang mampu melakukan pekerjaan di rumah. Tetapi yang bekerja pada sektor informal, yang harus berada di luar rumah dalam aktivitas mereka, anjuran itu sulit dituruti.

Anjuran untuk di rumah saaja bagi muslim yang terbiasa 5 kali sehari salat wajib berjamaah di masjid juga memunculkan pro-konta. MUI memang menganjurkan, dengan syarat kondisi tertentu. Bahkan terkait pencegahan penyebaran Covid-19 Presiden Joko Widodo mengeluarkan kebijakan bagi masyarakat untuk belajar dan bekerja di rumah.

"Untuk mengatasi penyebaran Covid-19 membuat kebijakan belajar dari rumah bagi pelajar dan mahasiswa, sebagian ASN bisa kerja dari rumah dengan online dan mengutamakan pelayanan prima dari masyakarat," kata Jokowi  di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, Minggu, 15 Maret 2020.

*

Anjuran melakukan salat wajib di rumah rupanya di Negara Kuwait pun berlaku hal yang sama.

Sebuah video tentang seorang muazin pada sebuah masjid Kuwait baru-baru ini viral di media sosial. Pada video yang diunggah oleh akun Facebook Mohammed Aslam itu muazin melantunkan lafal azan menjelang salat subuh dengan lafal berbeda.

Seruan azan kali ini bukannya mengajak warga salat berjamaah, melainkan menyerukan orang-orang untuk salat di rumah. Kalimat azan yang awalnya berbunyi Hayya 'ala al-Salah (Marilah Sholat) diganti dengan al-Salatu fi buyutikum (Sholatlah di Rumah Kalian).

*

Terkait dengan lafal azan yang berubah itu Dahlan Iskan dalam tulisan di kolom DI Way berusaha menyatakan isi video itu bukan hoaks.l ia sudah mendapatkan konfirmasi kebenarannya.

Ia menulis: Saya menghubungi teman di Oman. Saya minta tolong padanya untuk mengadakan kontak ke Kuwait. Soal azan yang bunyinya berubah itu. Yang beredar luas di media sosial: apakah itu bukan hoaks. "Itu benar. Bukan hoaks. Saya sudah konfirmasi ke Kuwait," ujarnya.

Video itu diambil pada tanggal 13 Maret lalu. Hari Jumat. Di ibu kota Kuwait, Kuwait City. Bunyi azan itu (panggilan salat dari menara masjid dengan menggunakan pengeras suara) memang terasa aneh.

*

Majelis Ulama Indonesia (MUI) melalui Komisi Fatwa mengimbau umat Muslim di wilayah yang terdapat kasus infeksi virus corona untuk tidak menunaikan shalat berjamaah di masjid sementara waktu. Komisi Fatwa MUI mengimbau masyarakat Muslim agar melakukan salat wajib lima waktu di rumah masing-masing.

Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Abdul Mu'ti mengatakan, seiring adanya wabah penyakit akibat infeksi virus corona, Covid-19, pihaknya tidak mengeluarkan imbauan larangan shalat berjamaah di masjid/mushola. Sebaliknya, orang yang sakit diserukan agar memiliki kesadaran untuk berupaya tidak tidak menulari orang lain.

Imbauan untuk tidak ketakutan berlebihan terhadap virus Corona memang hal baik. Tetapi bagaimana cara orang yang positif terpapar Covid-19 (dan tetap berangkat ke masjid) mengetahui bahwa ia sungguh-sungguh tidak (sengaja atau tidak sengaja) menulari orang lain?

Padahal mestinya disebut langsung saja, untuk yang sakit ya tidak perlu (bahkan dilarang) ke masjid dulu. Imbauan itu lebih jelas. Tertular memang bukan berarti mati, sebab ada yang sembuh. Tetapi menghindari kemungkinan tertular jauh lebih baik, daripada masa bodoh dan tidak peduli, sehingga mata rantai penularan terputus.

*

Penulis mengikuiti salah satu anjuran, tetap berangkat ke masjid. Tentu dengan penuh kehati-hatian seperti imbauan Ketua DKM Masjid Azam serta berbagai pihak. Jangan sampai masjid kosong, sama sekali tidak ada aktivitas ritual dan sosial. Jangan sampai ibadah yang hukumnya hampir wajib itu ditinggalkan.

Lebih dari itu berjalan ke masjid sehari 5 kali itu sehat. tidak sampai 500 meter pergi-pulang. Terlebih subuh, bisa menghirup udara bersih. Kaki dan tangan serta persendian digerakkan. Tarik nafas dari hidung, dan hembuskan kuat lewat mulut. Melengkapi gerakan salat yang menyehatkan: berdiri, rukuk (membungkuk hingga punggung dan kepala rata pinggul) , sujud (dahi menyentuh lantai), dan duduk dengan jemari kaki kanan ditekuk.

Namun bila ada kabar di seputar kawasan kami sudah ada yang tertular Covid-19 maka penulis akan dengan seketika berhenti ke masjid, dan salat wajib dengan keluarga di rumah. Ah ya, tapi masjid Azam terletak di tepi jalan raya. Setiap hari banyak saja pendatang, terutama para pengemudi ojek online dan pedagang keliling, yang singgah untuk salat wajib berjamaah.

Tidak mudah. Begitupun setiap orang harus mengambil keputusan masing-masing. Mudah-mudahan segera ditemukan vaksinya, semoga penyebarannya terhenti, harapannya kehidupan kembali normal, dan setiap warga ke depannya mampu menjaga kesehatan serta kewarasan dengan lebih baik.

Itu saja. Semoga bermanfaat. Maafkan kurang-kurangnya. Wallahu a'lam bishawab. *** Bandung, 17 Maret 2020 / 22 Rajab 1441

Gambar

Singgahi juga tulisan menarik sebelumnya:

jangan-ada-lagi-pasien-covid-19-kabur

menyiapkan-dakwah-sejuk-dan-dai-kompeten-pada-ramadan-mendatang

cara-salah-suami-isteri-memaknai-arti-sehidup-semati

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun