Mohon tunggu...
Sugiyanto Hadi Prayitno
Sugiyanto Hadi Prayitno Mohon Tunggu... Penulis - Lahir di Ampel, Boyolali, Jateng. Sarjana Publisistik UGM, lulus 1982. Pensiunan Pegawai TVRi tahun 2013.

Pensiunan PNS, penulis fiksi. Menulis untuk merawat ingatan.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Jangan Ada Lagi Pasien Covid-19 Kabur

16 Maret 2020   15:18 Diperbarui: 16 Maret 2020   15:18 171
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sementara itu selama dikarantina di rumah sakit, atau mengisolasi diri di rumah atas kesadaran sendiri, masih dapat melakukan berbagai aktivitas untuk menghilangkan kebosanan dan kemungkinan stress. Memanfaatkan media sosial dan media elektronik (dan kegiatan serupa tanpa melibatkan orang lain) dapat membantu melewati masa-masa menyendiri itu.

*

Terkait dengan pasien positif virus Corona yang kabur, bila terjadi di Singapura ada ancaman hukuman.

Singapura merupakan salah satu negara yang sampai Selasa (10/3/2020) sukses melawan virus corona. Di sana terdapat 160 pasien, dan belum ada satu pun yang meninggal dunia.

Untuk menekan risiko penularan Pemerintah memberi panduan dalam mencegah virus menular, diantaranya dengan membuat karantina di sebuah tempat yang disediakan pemerintah. Mereka tidak boleh melakukan kontak dengan orang lain. Jika melanggar akan dihukum.

*

Kembali ke tanah air. Polemik soal penanganan wabah virus Corona boleh saja meluas dan memanas, tetapi pasti kebijakan apapun tidak ada yang sama sekali benar, dan sebaliknya sama sekali salah. Selalu ada kemungkinan (baik-buruk, untung-rugi, tepat-kurang tepat) yang tak terpantau oleh kebijakan itu.

Misalnya, kebijakan pembatasan pelayanan operasional Transjakarta dan MRT mulai hari ini (Senin, 16/3/2020) ternyata berdampak pada penumpukan penumpang calon. Rencana melakukan kebijakan "social distancing" justru memunculkan antrian panjang dan penumpang berdesakan.

Tidak mengherankan komentar pedas pun atas kebijakan itu terlontar pedas oleh warganet.

Kemungkinan besar pengambil kebijakan -yang kadung dipuja-puji sebagai gubernur keren- melupakan satu hal: angkutan publik sejak awal dikampanyekan menggantikan angkutan pribadi. kalau kapasitasnya dikurangi mestinya dikampanyekan kembali penggunaaan angkutan pribadi. Dan itu sebuah ironi.

Bisa juga dengan cara lain, ya apalagi kalau bukan melakukan lockdown. Serentak semua penghuni kota berhenti dari semua kegiatan, dan tinggal di rumah saja. Namun, sebagai ibukota negara di mana semua kegiatan berpusat di sana, termasuk kegiatan keuangan. Sukar dibayangkan betapa dampak besar yang bakal terjadi kemudian di seluruh pelosok tanah air. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun