Mohon tunggu...
Sugiyanto Hadi Prayitno
Sugiyanto Hadi Prayitno Mohon Tunggu... Penulis - Lahir di Ampel, Boyolali, Jateng. Sarjana Publisistik UGM, lulus 1982. Pensiunan Pegawai TVRi tahun 2013.

Pensiunan PNS, penulis fiksi. Menulis untuk merawat ingatan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menyiapkan Dakwah Sejuk dan Dai Kompeten pada Ramadan Mendatang

15 Maret 2020   00:50 Diperbarui: 15 Maret 2020   01:11 284
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selain itu perlu kiranya KPID memberikan pemahaman yang lebih baik mengenai perbedaan tampil di panggung umum, di dalam masjid, di radio dan di layar televisi.

Penampilan  para dai di panggung umum yang sekaligus dijadikan materi siaran radio/televisi kiranya tidak perlu catatan khusus. Namun, untuk siaran khusus radio/televisi (meski menghadirkan audience pula) perlu pendekatan berbeda.

Tidak perlu lagi dengan suara keras (hingga otot-otot leher bermuncul, ada sistem audio), ekspresi wajah berlebihan (pencahayaan dan kamera memungkinkan gambar tampak dekat).  

Sekadar catatan, dalam beragama banyak hal yang membuat orang per orang berbeda, dari mulai perbedaan mazhab yang diikuti, organisasi kemasyarakatan yang dipilih, partai politik dengan para tokohnya yang diidolakan, hingga kadar pemahaman ilmu agama yang dimiliki. 

Anggota keluar sebuah rumah tangga saja (antara suami dengan isteri dan anak-anak) bisa berbeda pemikiran. Jangan lagi berbeda agama dan keyakinan. Mempertentangan dan membuka perbedaan di tempat umum terbukti hanya menimbulkan konflik berlarut-larut dan sulit untuk didapatkan solusi. 

*

Itu saja. Bila maksud baik disikapi dengan berbaik sangka maka ketentuan apapun sebenarnya akan berdampak baik.  Bila kurang arif dalam memilih dan mengelola isi dakwah, dan apalagi disampaikan oleh dai yang tidak kompeten, maka hakikat menasihat pada dakwah akan memudar nilainya.

Saat ini dai kompeten sangat banyak. Namun, pada masanya sosok Zainuddin MZ -yang didaulat media masa sebagai dai sejuta umat-menjadi salah satu contoh betapa kesejukan dalam berdakwah lebih mengenai di hati khalayak media elektronik, dan karenanya mampu menyatukan hati segenap warga bangsa. Wallahu a'lam. ***

Sekemirung, 15 Maret 2020 M / 20 Rajab 1441 H

Sumber Gambar

Tulisan menarik sebelum ini:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun