Pasti ada mekanisme tertentu untuk mengetahui hal-hal yang sengaja disembunyikan oleh siswa/siswi dari guru dan sekolah. Mungkin untuk mengungkap siswa kecanduan tayangan pornografi. Mungkin ada perilaku pelecehan, atau tindakan mesum di dalam kelas. Mungkin ada yang merokok, membuat rencana tawuran, dan membolos masal (untuk ikut demo misalnya).
Pasti ada sekolah yang memasang loudspeaker pada setiap ruang kelas, agar Kepala Sekolah dapat memberi informasi hal-hal penting. Mungkin termasuk pengumuman temuan dari gambar CCTV pada tiap kelas sehari sebelumnya.
Pasti ada sekolah yang guru atau kepala sekolahnya, punya pendekatan khusus kepada satu-dua siswa atau siswi tertentu untuk dijadikan semacam "mata-mata". Ia bisa melaporkan hal-hal  yang berpotensi membahayakan dan merugikan siswa lain atau guru dan sekolah.
Pasti ada sekolah yang secara sporadis melakukan penggeledahan erhadap siswa-siswinya. Menggeledah isi saku, dompet, dan tas setiap siswa (termasuk smartphone bila memang ada larangan penggunaannya di dalam kelas).
Tegas dan Keras
Bila hal-hal di atas sudah dilakukan maka langkah awal menangkal tindakan bullying sudah dilakukan. Semua itu untuk mendukung proses belajar-mengajar yang lebih kondusif. Ke depan tidak perlu lagi ada korban bunuh diri, korban luka, korban yang dianiaya. Dan juga tidak ada lagi Kepala Sekolah yang dicopot.
Semua itu penting untuk guru, dan terlebih kepala sekolah. Sangat berat sebenarnya sanksi terhadap kepala sekolah yang dicopot lantaran ada siswanya yang terkena bully. Namun, tanpa tindakan tegas dan keras para Kepala Sekolah tidak akan terlalu serius menangani hal itu.
Nah, ditunggu unggahan sekolah yang suah berhasil menangkap bullying atau perundungan. Â Mudah-mudahan ke depan makin banyak sekolah yang mampu menangkal tindak bullying di lingkungan sekolah. Â ***Â
Sekemirung, 14 Februari 2020
Simak tulisan menarik lain:
kerusuhan-di-rutan-kabanjahe-minat-hunian-tinggi-dan-peristiwa-yang-berulang
tragis-dan-politis-rp-50-ribu-dapat-apa
karnaval-perayaan-cap-go-meh-dan-turis-domestik
anggota-isis-eks-wni-pulang-malu-tak-pulang-rindu
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H