Terhadap berbagai peristiwa itu yang mengherankan adalah sikap sekolah. Mereka bukannya menyadari ada sesuatu yang keliru, yang harus diatasi, dihentikan dan dicarikan jalan keluar agar tidak terjadi lagi. Sebaliknya malah tidak menanggapi.
SMP Negeri di Caracas Jakarta Timur tempat seorang siswanya melompat dari lantai 4 hingga harus dibawa ke rumah sakit, dan akhirnya meninggal dunia, bersikap menutup diri. Ada usaha mengelak bahwa itu dilatari peristiwan bullying. Baru setelah menjadi viral baru berusaha menjelaskan apa yang terjadi, tetapi tetap dengan sikap tidak berempati pada korban.
Peristiwa di kota Malang pun hampir sama. Pihak kepala sekolah berusaha menutupi, berdalih, dan menanggapi berdasarkan laporan bawahannya. Laporan itu salah, atau sekadar berdalih. Akibatnya  korban harus diamputasi salah satu jari tangannya. Sebagai ganjaran kepala sekolah SMP Negeri yang terkait kasus itu dicopot.
Yang sangat mengherankan yaitu pernyataan guru dari SMP Swasta di Purworejo. Ia menyatakan telah "kecolongan" sehingga video itu tersebar. Anehnya, kemudian ditambahi dengan keterangan lain bahwa ketiga pelaku "hanya iseng".
Bukannya berterima kasih peristiwa itu terungkap agar sekolahnya mampu berbenah, malah berpikir sebaliknya. Ia bahkan terkesan membela si pelaku. Guru semacam ini sudah pantas dicopot saja.
Peristiwa lain, soal pemukulan oleh seorang guru terhadap siswa yang terlambat masuk sekolah pada sebuah SMA Negeri di Bekasi. Pelaku mendapat sanksi dari pihak Dinas Pendidikan terkait, tetapi para siswa di sana justru protes dan menangisinya.
Ini peristiwa unik luar biasa. Ternyata jangankan siswa, guru pun tidak tahu bahwa memukul terlebih dahulu pada siapapun dan dengan alasan apapun (agar korban jera, terlambat, dsb.) merupakan tindakan yang berkonsekuensi hukum
Usaha Menangkal
Tentu ada sekolah yang sejak awal menyadari bahwa peristiwa pem-bully-an, atau bullying, sungguh tidak baik, tidak sehat, tidak manusiawi, dan tidak perlu dikembangkan di lingkungan sekolah. Sayangnya, belum ada unggahan di media mengenai sekolah mana yang sudah melakukan hal itu.
Pasti ada sekolah yang pada tiap kelasnya dipasangi CCTV. Sehingga berbagai kegiatan di dalamnya terpantau oleh seorang petugas khusus untuk itu. Jika di SMP Swasta Purworejo itu ada CCTV pasti tindakan keji tiga siswa dapat diketahui dan dicegah lebih awal.
Bukan tidak mungkin kejadian itu bukan pertama kali terjadi. Apalah daya seorang siswa yang berkebutuhan khusus. Mungkin kemampuannya untuk melapor ihwal apa yang dialaminya tidak tersampaikan dengan baik, atau laporan tidak ditindaklanjutan dengan baik.