Pak Rus sudah benar-benar jadi seorang kakek sekarang. Selain di daerahnya mendapat sebutan sebagai Mbah atau Eyang, di provinsi lain ia bisa dipanggil dengan Aki, Engkong, Opa, atau Kakek.
Selama ini penampilan tuanya belum didukung dengan adanya cucu. Jadi masih kakek sebutan saja, belum benar-benar kakek yang bercucu.
Tak heran begitu muncul si cucu yang sudah lama ditunggu, rasa bahagia menyeruak tak terkira-kira. Kini ia bisa sesumbar seperti teman-teman sesama pensiunan, teman reuni, maupun kawan di kompleks perumahan tentang bagaimana senangnya momong cucu.
Ia bisa bercerita membawa si cucu ke Taman Lalu-lintas, mengajaknya ke Kebun Binatang. Atau sekadar berjalan-jalan di taman kota. Tapi ia harus sabar menunggu sampai si bayi cukup gede untuk dibawa ke mana-mana. Selama masih bayi biarlah di rumah saja. Paling-paling berjemur di halaman. Itu pun sudah cukup.
Maka kini Pak Rus banyak tersenyum dan tertawa. Lepas, lincah, dan cerah. Entah sudah berapa lama sebenarnya ia tertekan perasaan setiap kali bertemu teman-teman yang sibuk ngobrol ihwal cucu mereka masing-masing. Soal kenakalan mereka, tingkahnya, kepintaran, dan lainnya.
Pak Rus tidak punya cerita sesuatupun. Maka ia hanya bisa ikut tersenyum, tertawa, dan sesekali nimbrung ikut berkomentar sambil menekan rasa jengkel.
Kini tidak ada alasan lagi untuk merasa tua, loyo, dan sakit-sakitan. Kenapa begitu? Ya, ia punya seorang cucu laki-laki dari anak pertamanya. Nama cucunya Tio. Nama panjangnya Bramantio Kanugrahan. Panggilannya Tio. Supaya terdengar lebih gagah, macho, dan tidak kuno.
Cucu Pak Rus terlahir dengan ciri tubuh bulat, gembul, imut, dan bikin gemas yang melihatnya. Tidak beda jauh dengan bayi-bayi sehat lain pada umumnya sih sebenarnya, tapi di mata Pak Rus sdemuanya serba isimewa. Tio itu super, unggul, luar biasa, dan entah sebutan apa lagi.
Perasaan bahagia seorang kakek yang baru memiliki satu cucu pastilah sperti itu, lucu, bahkan bolehjadi lebih lucu dari si cucu. Semua pengalaman hidup sudah dilakoninya, tetapi punya cucu menjadi hal baru.
Dulu ketika ada orang memanggilnya 'Kakek', ia pernah marah. Sebab ia belum  punya cucu. Dan manakala si cucu lahir hatinya plong, lega, dan riang-gembira sebab terkabul sudah doanya: sukses menjadi seorang kakek!
***