Mohon tunggu...
Sugiyanto Hadi Prayitno
Sugiyanto Hadi Prayitno Mohon Tunggu... Penulis - Lahir di Ampel, Boyolali, Jateng. Sarjana Publisistik UGM, lulus 1982. Pensiunan Pegawai TVRi tahun 2013.

Pensiunan PNS, penulis fiksi. Menulis untuk merawat ingatan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Entah Apa yang Merasukimu, EF dan EH Mencaci-maki Polantas Purwakarta

31 Januari 2020   08:53 Diperbarui: 31 Januari 2020   09:12 258
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lagu "Entah Apa yang Merasukimu" menjadi viral beberapa waktu yang lalu. Single melow yang dinyanyikan band Ilir 7 ini bikin heboh media sosial setelah diremix oleh salah DJ Gagak. Di akun official YouTube-nya, lagu ini sudah ditonton lebih dari 42 juta kali.  Berikut penggalan lirik lagu tersebut:
Entah apa yang merasukimu  // Hingga kau tega mengkhianatiku  // Yang tulus mencintaimu
Salah apa diriku padamu  //  Hingga kau tega menyakiti aku  //Kau sia-siakan cintaku

Aneh memang. Ada orang yang mencinta dengan tulus, balasannya justru disakiti, disia-siakan, dan dikhianati. Sungguh tidak masuk akal. Dan lantaran merasa rasa penasaran itu, si korban berduga-duga dnegan pertanyaan: "entah apa yang merasukimu?".

Kata "merasuki" digunakan untuk menggambarkan adanya mahkluk halus (jin, setan, roh jahat) yang menguasai hati-otak-jantung dan anggota tubuh seseorang sehingga ia melakukan hal-hal yang diluar kebiasaan (jahat, menyakiti hati, bahkan kriminal). Orang yang kerasukan sering disebut pula kemasukkan dan kesurupan,

*

Lirik lagu di atas sebenarnya sudah memberi peringatan pada kita: jangan berbuat berlebihan, pakailah akal sehat, jangan menghina/mengancam/memfitnah. Sebab akibat tindakan yang semula boleh jadi sekadar candaan atau gagah-gagahan karena tantangan teman, mencari perhatian orang sekitar, merasa diri paling tahu-benar-mampu, dan kemungkinan dihinggapi aneka jenis penyakit hati. Akibatnya fatal: berurusan dengan hukum, Polisi, dan pengadilan. Karenanya tidak sedikit pelaku tindakanitu yang beakhir di dalam bui.

Mereka terkena pasal hukum. Dan akhirnya harus menyesali perbuatannya, ada yang menangis termehek-mehek, ada pula yang meminta maaf dengan disertai materai, dan sebagian besar menjadi tenar bak bintang selebritis dadakan.

Lirik yang bermaksud baik, menasihati, jatuhnya sekadar kata-kata kosong tak bermakna. Lirik yang mengingatkan siapapun agar tidak mudah berprasangka buruk, tidak gampang merespon prasangka buruk itu dengan tindakan dan ucapan yang menghina-memfitnah-mengancam, serta tidak sembarangan mengeluarkan pernyataan verbal maupun melalui media yng membuat pihak lain merasa terkena.

*

Nasihat di atas perlu disematkan kepada sepasang muda-mudi di dalam mobil yang entah kerasukan apa mencaci-maki  petugas Polantas Purwakarta yang sedang bertugas. Mungkin kesal karena ada kemacetan yang mereka alami, atau sedang ada persoalan pribadi yang menyebabkan amarah mereka mudah meletup-letup. Akhirnya harus berususan dengan Polisi.

Diberitakan, sebuah rekaman video yang memperlihatkan dua muda mudi yang tengah berkendara mencaci maki anggota Satlantas Polres Purwakarta saat bertugas mengatur lalu lintas di persimpangan setelah Gerbang Tol Cikopo, Purwakarta, Jawa Barat, viral di media sosial Instagram.

Video berdurasi kurang dari satu menit tersebut, salah satunya diunggah akun instagram @negeridurjana pada Senin (20/1/2020). Kasat Lantas Polres Purwakarta AKP Zanuar Cahyo Wibowo menyayangkan perilaku keduanya.

Kapolres Purwakarta AKBP Matrius mengatakan, EF dan EH, dua orang muda mudi yang mencaci maki anggota Polantas Polres Purwakarta saat mengatur lalu lintas tengah diperiksa polisi telah minta maaf atas perbuatan yang telah dilakukan. "Benar, sudah dilimpahkan ke Ditreskrimsus Polda Jabar," kata Matrius, Rabu (22/1/2020).

*

Kasus di atas menjadi menarik, sebab secara terang-terang dan berhadap-hadapan EF dan EH berani mencaci-maki. Mungkin mereka lupa menutup kaca mobil sehingga suara keduanya terdengar Polisi yang bertugas mengatur lalu-lintas. Padahal biasanya kaca tertutup, dan mereka dengan leluasa mencaci-maki Polisi. Bahkan mungkin siapapun yang dirasakan membuatnya marah, kesal, jengkel. Tidak senang hati, dan kerasukan menjadi pelampiasan kemarahannya.

Tetapi bukan tidak mungkin lontaran caci-maki itu dengan sengaja diperdengarkan kepada petugas, dengan harapan (seperti biasa) tidak akan berpengaruh apa-apa. Mungkin mereka berpikir, toh orang lain juga mencaci-maki Polisi.

Dugaan lain, kedua anak muda meerasa hebat, sebab mereka orang kaya, sebab ontua atau keluarga mereka pejabat tinggi atau orang berpangkat, sebab mereka berdua orang-orang hebat, dan berbagai sebab munculnya kesombongan lain. 

Sombong membuat lupa diri, dan akhrinya kerasukan, alias mabuk. Dan orang yang mabuk dapat berbuat apa saja jenis kejahatan tanpa sadar, tanpa merasa bersalah, dan bahkan dengan bangga melakukannya. 

Dua pasangan muda itu sebut saja Ega Faisal (27) dan Evi Hariati (26). Mungkin ada yang kenal keseharian keduanya? Apakah temperamen, perilaku, kebiasaan, dan kondisi sosial-ekonomi-psikologis meerka sehari-hari seperti itu? Apakah memang begitu sifat asli mereka?   

*
Bayangkan gilanya. Berhadap-hadapan pun orang tanpa pikir panjang mencaci-maki Polisi, bagaimana di media sosial? Lebih riuh, heboh, dan kacau. Orang-orang dengan berani mencaci-maki, memfitnah, menghina, mengancam, melecehkan, mempermalukan, dan tindakan buruk bahkan kriminal lainnya kepada orang lain. Maka jangankan orang biasa, Presiden pun diperlakukan serupa.

Ada yang identitasnya jelas untuk mudah ditangkap. Tetapi kebanyakan berjiwa pengecut dengan menyembunykan identitas diri. Begitupun Polisi tidak kekurangan akal untuk mampu menelusuri jejak mereka.

Dampak negatif Pilpres 2019, Jokowi sebagai Presiden RI kenyang dengan berbagai caci-maki -- hujatan -- fitnah - ancaman pembunuhan itu. Sejumlah pelaku pun ditangkap Polisi, dan kemudian denganpenuh penyesalan mendekam di bui.

Begitulah. Lagu menasihati, tapi orang yang menyanyikan lagu itu tak tahu makna liriknya. Mungkin  mereka menyanyikan lirik lagu "entah apa yang merasukimu" dan meresapi maknanya. Tetapi bisa jadi maknanya tidak paham sama sekali. *** Cibaduyut, 31 Januari 2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun