Pemberitaan mengenai Keraton Agung Sejagat tiba-tiba marak di media. Dua tokohnya, yaitu Toto Santoso dan Fanni Aminadia, yang menyatakan diri sebagai Raja dan Ratu. Setelah ditangani Polisi mereka mengakui jati diri mereka sebenarnya.
Ternyata Keraton Agung Sejagat mempunyai sejumlah cabang di kota lain, diantaranya di Yogya, Klaten, dan di Provinsi Lampung.
Kemudian bermunculan nama-nama lain, diantaranya Kerajaan Jipang di Blora, dan Sunda Empire di Bandung. Ada juga Negara Rakyat Nusantara. Kelompok yang ramai diperbincangkan warganet. Ada lagi Kesultanan Selaco atau Selacau Tunggul Rahayu di Tasikmalaya .
Barangkali masih panjang daftarnya kerajaan, kesultanan, maupun negara yang diduga fiktif,.
*
Kembali ke pengakuan Toto maupun Fanni, latar belakangnya tak lain sekadar untuk mengelabuhi orang, dan selanjutnya menggunakan kepercayaan orang untuk mendapatkan keuntungan sendiri.
Diberitakan, setelah sempat berbelit-belit, Fanny Aminadia sebagai Ratu Keraton Agung Sejagat akhirnya mengakui tidak memiliki garis keturunan Kerajaan Mataram, Senin. Toto Santoso yang menjadi Raja pun membuat pengakuan serupa.
"Sudah kita cek dan pastikan bahwa saudara Toto dan Fanni tidak mempunyai silsilah keturunan raja dan juga garis keturunan dari Kerajaan Mataram maupun Majapahit," kata Kabid Humas Polda Jawa Tengah Kombes Pol Iskandar Fitriana di Semarang, Senin (20/1/2020).
Penipuan yang dilakukan yaitu janji kepada para anggota akan diberi gaji dalam mata uang dolar. Sementara itu untuk mendapatkan pangkat tinggi (yang berpengaruh terhadap besarnya gaji) mereka harus membayar sejumlah uang.
Sumber lain menyebutkan, penipuan keratin fiktif itu menggunakan modus lama, yaitu menyebar dongeng seputar harta kerajaan-kerajaan di Nusantara hingga kekayaan era Presiden Sukarno. Kekayaan tersebut sangat besar jumlahnya, dan disimpan di sebuah bank di Swiss. Orang-orang yang terbujuk untuk mencairkannya harus menyetor sejumlah uang kepada pihak pemberi janji (yang akan mengurus proses pencairannya). Kisah selanjutnya suah dapat diduga: uang lenyap, janji tinggal janji.
*
Keberadaan keraton fiktif di atas dapatlah disebut sebagai modus penipuan. Setidaknya tiga modus telah dilakukan, pertama, mengarang dongeng (asal-usul, sejarah, hingga keharusan melakukan ritual mistis tertentu). Kedua, menjual pangkat/jabatan (pangkat/jabatan memiliki nilai, makin tinggi makin mahal), dan ketiga, memberi janji (gaji besar, tidak terkena bencana/musibah).
Tiga modus penipuan yang dilakukan Toto maupun Fanni sudah tersebar luas di media. Siapapun akan heran pada orang-orang yang tertipu, mungkin merasa geli, dan bahkan menganggap si korban tidak mampun berpikir jernih sehingga mudah tertipu.
Namun, tiga modus penipuan itu banyak dilakukan oleh penipuan dalam bentuk lain. Korbannya sangat banyak, dan ada diantara mereka yang merasa heran sendiri kenapa bisa tertipu. Iming-iming uang, hadiah, murah, mudah, dan hal lain semacam itu membuat orang terbuai, terlena, lupa daratan, dan baru menyadari kemudian telah tertipu.
*
Tiga modus penipuan seperti yang terjadi di Keraton Agung Sejagat di atas dapat digambarkan sebagai berikut:
Penipuan pertama dengan modus mengarang dongeng. Dongeng itu cerita lama, penuh khayalan, dan tidak benar-benar terjadi. Maka Toto Santoso maupun Fanny Aminadia perlu mengarang kaitan diri mereka dengan zaman kerajaan di masa lalu.
Mendongeng dapat dilakukan oleh siapa saja. Keahlian berbicara dan mereka-reka peristiwa menjadi syaratnya. Karena itu pejabat publik yang banyak janji -dan banyak pula yang tidak ditepati- tak ubahnya kelakuan Raja Keraton abal-abal. Mereka cerdik mengarang dongeng.
Penipuan kedua dengan modus menjual pangkat/jabatan. Modus itu banyak terjadi di dalam pelaksanaan roda Pemerintahan. Â Sebutan lebih tepatnya "jual-beli" pangkat/jabatan, seperti yang sejumlah Bupati ketika mereka menjabat.Â
Penipuan ketiga memberi janji palsu. Itulah memang modal utama para penipu. Para professional sejak dari niat sudah ingin menipu. Berbagai cara, trik, hingga hipnotis dilakukan. Korbannya orang yang lengah, lemah, dan kurang wawasan.
Ada penipuan dengan modus umroh murah. Untuk urusan ibadah pun ada yang tega menjadikannya lahan penipuan. Lalu ada investasi bodong, diantaranya dengan metode Ponzi. Lalu berbagai penipuan melalui internet: uang sudah terkirim si korban tetapi barang, hadiah, dan pelatihan kerja yang dijanjikan oleh si penjual, Â institusi pemberi hadiah, maupun lembaga pencari kerja, tidak ada. Korban baru menyadari ia telah tertipu iklan maupun penawaran yang berlebih-lebihan dan tidak masuk akal.
* Â
Untuk tiga modus penipuan tersebut para korbannya tidak perlu harus berseragam ala serdadu Kompeni, atau seperti dalam pentas Ketoprak ala prajurit Keraton. Siapa saja dapat menjadi korbannya bila sudah tergiur iming-iming dan tidak mampu lagi berpikir jernih.
Akhirnya, kalau ada orang yang tertawa tergelak-gelak, terbahak dan terguling-guling kegelian lantaran mendapati banyak orang yang tertipu oleh ulah Toto Santoso dan Fanny Aminadia; maka di luar itu masih banyak korban yang pantas ditertawakan pula. bahkan mungkin diri sendiri yang tertipu, maka hanya bisa tertawa, atau sebaliknya menangis.
Begitupun selalu ada hikmah di balik itu. Hikmah, bahwa kewaspadaan akan selalu diuji oleh pelaku penipuan dan kejahatan lain. Ke depan harus lebih berhati-hati, karena para penipu-pembohong- tak pernah bosan memperdayai. *** 24 Januari 2020
Simak jugatulisan sebelumnya:
sengkarut-helmy-yahya-dewas-dan-liga-inggris
cerita-untuk-anak-sekolah-karmin
toto-santoso-pedagang-angkringan-mendadak-raja
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H