Cerita sebelumnya: Suatu siang terik, dua perempuan pemulung kehausan. Untuk menghilangkan haus mereka minta air kran pada sebuah mushola. Saat itu Emak merasa diperhatikan dengan curiga, mungkin dikira hendak mencuri sesuatu. Ia mengambil segayung air kran. . .
*
Dua
Rusmina tersenyum riang. Komentarnya kemudian. "Rasanya seperti air jeruk dingin, Mak. Maknyus. Haus hilang seketika. Ajaib sekali. Alhamdulillah. Benar kata Emak, air apapun adalah penghilang rasa haus. Nah, sekarang ganti Mak yang minum. Habiskan, Mak. .!"
"Ya, sini ganti Emak yang minum. Kemarikan gayungnya!"
"Pelan-pelan, Mak, jangan tersedak nanti.. . . .," ucap Rusmina sambil tersenyum, "Enak, Mak?"
"Seger. Enak. Seperti minum es cendol. Seperti ada manis-manisnya .. . .!" canda Yu Sawiji meniru-niru suara bocah.
"Hahaha. . . Kayak di iklan tv ya, Mak. Tapi mestinya Min yang bilang begitu. Emak tinggal membalas dengan senyum saja.. . . !"
"Iya, tapi air kemasan di iklan itu air mahal. Kata orang harga air kemasan itu setara dengan harga bahan bakar. Jadi, please deh, jangan samakan dengan air kran.. . . !"
"Oke, please deh. Samakan saja dengan air jeruk dingin, atau es cendol yang lebih murah. . . hehe. Ayo jalan lagi, Mak."
"Tunggu sebentar, Mak kembalikan dulu gayung ini.. . . ." ucap Yu Sawiji sebelum melangkah ke halaman mushola. "Lihat penjaga masjid itu. Ia curiga kita bakal mengambil gayungnya. Mungkin selama ini banyak maling sandal di sini, atau bahkan maling peralatan pengeras suara. Ngeri sorot matanya itu. Emak takut. . . . !"