Tiap hari ada saja nama-nama yang menghiasi media. Mereka menjadi beken seketika. Foto dan videonya menyebar luas. Nama dan peristiwanya dibicarakan dan diulas orang di mana-mana.
Pada awal Januari tahun 2020 ini saja setidaknya 3 nama mencuat yang membawa sisi miris dan prihatin dengan kadar yang berbeda-beda.
*
Awal tahun, tepat tanggal satu, ibukota negara dan beberapa daerah penyangga di sekitarnya yaitu  Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi menyumbang cerita basah-basahan, tepatnya banjir besar. Â
Kalau selama ini biang kerok banjir ditudingkan ke kawasan Bogor, kali ini curah hujan tinggi menjadi alasan. Adalah Gubernur DKI Jakarta sebagai pemangku hajatan banjir -dengan segala kengerian dan kesedihannya- tidak mau menuding siapa-siapa pada awalnya. Belakangan ada juga tudingan ke pihak lain.
Sementara itu sejumlah pihak menyatakan, seharusnya Pak Gub menuding diri sendiri saja. Minimal mengakui, dan bukan malah mengelak dan terus berdalih.
Khusus banjir di ibukota itu sendiri marak diberitakan media cetak dan elektronik (radio dan televisi), maupun media sosial. Breaking News saat itu dilakukan media elektronik sepanjang hari.
Seminggu pemberitaan mengenai banjir merajalela, meluas kemana-mana. Ada pula yang menyerempet ke hal-hal politis. Padahal topiknya hanya mengenai banjir dan bagaimana antisipasi sebelumnya serta penanganan sesudahnya. Itu saja. Sederhana.Â
Sangat bagus bila hal-hal itu menyertakan sinergitas Pemerintah Pusat dengan daerah, Pemerintah dengan swasta, petugas kawasan hulu dengan hilir, serta semua pihak terkait, termasuk keseluruhan warga masyarakat.
Miris karena korban banjir raya begitu banyak dan kerugian sangat besar. Belakangan ada usaha sejumlah korban banjir untuk melakukan class action. Mempihatinkan, karena kepala daerah yang bersangkutan agaknya justru lebih antusias tampil untuk urusan pasca banjir. Antisipasi sebelum banjir seperti dilupakan, tidak peduli, dan kurang perhatian.
*