Serupa sosok dalam kanvas, ada saat jeda, ada waktu pamit
Kanvas lama menjelma kenang kehidupan
Duduk termangu, lama menunggu, serasa tak sabar
Di belakang nisan berukir, selebihnya bohlam berpijar pada siang mendung Â
Ada genang isak, duka menetes menyesaki bola mata
Sepi sekali rasanya, seisi cakawala menahan beku
Menepi, dalam diri kian renta
"Telah kuserap sejumput racun kehidupan, telah kucecap madu hikmah," sergahmu dengan mata kuyu
Warna-warni pudar, tegas dan kuat semangat, tiap gores semakin temaram, redu.
Saatnya memilih diam. Kanvas bertumpuk terisi penuhÂ
 "Dan kini tiba, kubaringkan pikir dan dzikir pada harap perjumpaan, denganMu.. . . . .!"
Ada selalu kanvas terakhir untuk dilukis
Bayangmu sendiri, kisah panjang perih-ngeri, sepi, bahagiaÂ
Coretan panjang, sejauh mata memandang, di ambang waras dengan gila
Suatu hari, ada sela. Kanvas kembali lapang, lengang. Selamat jalan. ***
Cibaduyut, 9 Januari 2020 M / 14 Jumadil Awal 1441 H
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H