Mohon tunggu...
Sugiyanto Hadi Prayitno
Sugiyanto Hadi Prayitno Mohon Tunggu... Penulis - Lahir di Ampel, Boyolali, Jateng. Sarjana Publisistik UGM, lulus 1982. Pensiunan Pegawai TVRi tahun 2013.

Pensiunan PNS, penulis fiksi. Menulis untuk merawat ingatan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kultum Subuh Hari Terakhir Ramadan

9 Juni 2019   05:28 Diperbarui: 9 Juni 2019   05:32 14
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
kebesamaan, salat wajib berjamaah di masjid (Gambar: hidayatullah.com)

Puji syukur kepada Allah, salam dan salawat kepada Rasulullah, Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Alhamdulillah hari ini kita masih diberi umur dan kesehatan sehingga dapat hadir pada salat subuh berjamaah ini. Rasa syukur masih punya waktu untuk mendengarkan ceramah singkat dari Takmir Masjid, yang mengingatkan kita arti penting persahabatan dengan dilandasi kesamaan niat dan semangat dalam memakmurkan masjid.

Selalu ada hari terakhir, hari ketika segala sesuatu segera usai. Hari untuk mengenang suka-duka dan pengalaman yang tak terlupakan, dan mungkin menjadi hal terakhir pula di dunia ini.

Terakhir berarti juga perpisahan.  Rasa sedih membayangkan bakal berpisah bukan hanya dengan orang-orangnya, kebersamaan dan suasananya, tetapi juga dengan semangat kebaikan dan harapan yang mestinya bisa lebih baik lagi. Ramadan akan segera berlalu, Ramadan berikutnya belum tentu bisa bertemu.

*

Itulah ceramah seorang Takmir di Masjid Al Fatah. Sebuah ceramah singkat, yang biasa dinamai kultum, pada Subuh hari Selasa (4/6/2019) hari terakhir bulan pada suci Ramadan 1440 Hijriah ini.

Pak Ustadz memulai uraiannya dengan menyitir sebuah kisah lama  yang meriwayatkan satu kondisi kelak di alam akhirat. Dikisahkan, ada seorang penghuni yang bingung dan heran sebab ada seorang temannya dalam beribadah dan bermuamalah semasa di dunia ternyata justru masuk ke neraka.

Singkat cerita, penduduk surga itu bertanya kepada Allah mengapa seorang temannya tidak masuk surga.

Jawab atas pertanyaan demikian Allah menyuruh si penduduk surga mengunjungi temannya di neraka. Tetapi ia tidak bisa masuk karena tempatnya memang tidak di sana.  untuk masuk surga. (ada versi lain di www.masjidnusantara.org)**

*

Ada hikmah di balik itu. Hikmah di dunia, berteman dengan orang baik --dalam hal ini di likungan masjid- itu sangmat baik. Karena itu harus dijaga, dirawat, dan terus dipelihara sampai ajal tiba. Gunanya banyak: selain untuk saling menasihati dan mengingatkan, juga untuk mendorong dan mendukung kebaikan, amar makruf nahi munkar.

Banyak teman itu menyenangkan. Demikian pun ternyata para pihak yang berteman harus pintar-pintar saling menjaga diri, berusaha saling menenggang dan berempati, agar pertemanan tetap terjalin dan tidak berbalik menjadi musuh. Banyak perkawanan-persaudaraan yang dulu akrab, kental, dan bahkan intim, akhirnya putus. Yang sudah dipelihara bertahun-tahun menjadi permusuhan, konflik, pertengkaran, dan bahkan saling melukai/membunuh.

Alangkah memprihatinkan bila hal itu harus terjadi. Ungkapan lama, 'satu musuh terlalu banyak seribu teman terlalu sedikit' agaknya sangat pas untuk mendukung cerita di atas.

*

Uraian Pak Takmir berlanjut. Terkait dengan pembangunan masjid kini sudah menampakkan wujud yang megah dan nyaman --meski baru 50 persen selesai-. Semua itu merupakan hasil kerja keras dan perjuangan  segenap pengurus maupun jamaah masjid serta para donator.

Total biaya sudah lebih dari 6 milyar rupiah. Donator mengalir. Tiap hari selama bulan suci Ramadan tidak kurang 5 juta rupiah diperoleh. Dan optimisme ke depan untuk penyelesaian pembangunan masjid semakin besar.

Takmir mengucapkan rasa terima kasih atas kerja para pengurus dan pemuda masjid Al Fatah dalam menyelenggarakan aneka kegiatan selama Ramadan, termasuk kegiatan salat Idulfitri di lapangan parkir timur Kebun Binatang.

Harapan semua pihak, gairah memakmurkan masjid dalam bentuk salat wajib berjamaah, pengajian pada bapak maupun ibu-ibu, aneka bakti sosial, serta pendidikan untuk balita, makin berkembang pada 11 bulan mendatang

Terima kasih kepada para donator dari mana pun datangnya. tanpa mereka biaya yang sangat besar -mulai dari pembebasan tanah hingga pembangunan masjid- terlaksana dengan baik.

*

Takmir Masjid Al Fatah juga mengucapkan terima kasih kepada para ibu majelis taklim  yang bekerja menyiapkan hidangan berbuka puasa selama Ramadan. Daya tarik masjid bagi para jamaah serta pendatang antara lain upaya maksimal dalam hal pemenuhan kebutuhan yang memadai bagi mereka. Mulai dari lokasi masjid yang strategis, tempat parkir motor yang mobil yang memadai dan aman, tempat wudhu yang banyaknya sangat memadai, suasana ruangan salat yang nyaman, serta hubungan antar jamaah yang akrab penuh rasa persaudaraan.

Adapun penyediaan makanan-minuman berbuka puasa maupun pengajian oleh para ibu majelis taklim sudah terlaksana dengan baik. Namun ada sedikit catatan, alangkah baiknya bila potensi warga setempat dimanfaatkan terlebih dahulu.

*

Itu saja yang dapat dituturkan Takmir masjid Al Fatah pada kultum terakhir bulan Ramadan 1440 Hijriah pada sebuah masjid di kawasan Rejowinangan, Kotagede, Yogyakarta.

Dengan itu siapa tahu kelak di akhirat ada diantara mereka yang membawa kita masuk surga, tau sebaliknya kitalah yang membawa mereka masuk surga. Soal surga dan neraka hanya Allah yang tahu. Jangan merasa diri paling saleh, merasa paling banyak tabungan amal-ibadah, khawatirnya kita justru termasuk orang-orang yang bangkrut di akhirat kelak.

Oleh karena itu jangan bosan untuk terus memperbaiki akhlak dalam persahabatan. Dengan itu diharapkan akhlak setiap muslim dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, dapat diperbaiki pula.

*

Rasulullah diutus untuk memperbaiki akhlak umat Islam. Karena itu jangan mengaku muslim, bahkan jangan mengaku pengikut Rasulullah, bila tidak punya kemauan keras untuk selalu berbaik sangka kepada Allah, sehingga selalu berbaik sangka atas semua yang terjadi.

Itu saja. Pesan ini untuk teman-teman jamaah masjid Al Fatah, khususnya kepada penulis sendiri.  Bila ada salah-salah kata, dan kurang berkenan, mohon maaf. 

Hidup terlalu sempit untuk menanggalkan berkawanan sejati. Akan rugi tak terbayangkan bila rasa tinggi hati dibiarkan tumbuh liar, kebanggaan berlebihan bahkan sikap sombong merasa diri paling benar tak terhapus oleh pertemanan yang wajar, sederhana, tapi ikhlas apa adanya.

Terima kasih bila berkenan menyimak. Sekali lagi, mohon maaf. *** Yogya, 5 - 9 Juni 2019

**Kisah persahabatan yang tertulis dalam kitab "Durratun Nashsihin" karangan Syekh Utsman bin Hasan bin Ahmad Asy Syakir Al Khaubawiyiyi.  www.masjidnusantara.org

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun