Perjalanan mudik Lebaran betapapun melelahkan, menjengkelkan, dan bahkan menyakitkan tetap bikin senang, suka, riang gembira. Perhatikan saja. Semangat mudik jutaan orang tak ubahnya semangat pejuang 45. Diperjuangkan betul hingga rela mati karenanya.
Ajaibnya, semua kejadian di perjalanan dengan segenap kerepotannya justru menjadi tantangan. Itu semacam ritual wajib. Menjadi bagian tak terpisahkan dari aneka oleh-oleh bernuansa rindu ingin segera bertemu, setelah sekian lama di rantau. Rindu kampung halaman, rindu orangtua dan saudara, rindu teman-teman lama, dan bahkan rindu pada kuliner khasnya. Â Â
Namun, ketika kenyataan setiap lebaran ratusan orang meninggal dunia di jalan (dengan berbagai sebab, dan yang terbanyak karena kecelakaan lalu-lintas), maka perlu dipertanyakan kembali: bagaimana mengatasi masalah itu? Tidak adakah pilihan moda transportasi yang lebih aman dan nyaman?
Seiring dengan terus meningkatnya kemampuan ekonomi warga bangsa untuk memiliki sepeda motor, maka makin banyak pula orang yang memanfaatkan kendaraan itu untuk mudik. Sulit dicegah, dan hanya bisa diingatkan. Berbagai alasan yang mereka kemukakan, sbb.: Pertama, tentu soal perbedaan ongkos/biaya perjalanan. Perhitungan kasarnya biaya bensin, olie, makan-minum di jalan dan lain-lain, relatif lebih ringan.
Alasan lain, ada yang sudah terbiasa menggunakan sepeda motor jarak jauh. Para pekerja dan buruh dari daerah pinggiran kota, bahkan dari pelosok, ada yang menggunakan sepeda motor pergi-pulang setiap hari. Biaya kamar kontrakan dinilai mahal, apalagi jika harus mengajak anak-isteri. Sekarang ini bahkan makin banyak saja pengemudi ojek online yang bisa seharian berada di atas sepeda motor mereka untuk menjemput dan mengantar penumpang.
Dengan kata lain, perlu terobosan agar para pengguna sepeda motor pada saat mudik bersedia beralih ke moda transportasi yang lebih aman, yaitu bus, kapal laut, kereta api, atu pesawat udara.
Khusus untuk pengendra sepeda motor tawaran paling menarik tentu saja busa dan kapal laut. Ikut saja program mudik gratis menggunakan bus atau kapal penumpang. Sedangkan mudik gratis menggunakan kereta api agaknya belum ada.
Setiap tahun pemerintah selalu mengimbau agar masyarakat tidak mudik menggunakan sepeda motor. Menurut catatan, motor masih merupakan alat transportasi yang paling banyak terlibat kecelakaan.
Direktur Jendral Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan Budi Setiyadi mengatakan 70 persen kecelakaan lalu lintas di Indonesia melibatkan motor. Sementara itu potensi kecelakaan motor saat mudik dinilai semakin besar.
Penyebab kecelakaan, antara lain: sepeda motor yang digunakan dengan kapasitas mesin (cc) kecil. Selain itu adanya kebiasaan untuk modifikasi tertentu, diantaranya menggunakan tambahan kayu dan bambu untuk mengangkut barang bawaan, sehingga pergerakan pengendara terbatas. Hal lain, pada perjalanan balik selain penumpang (anak dn isteri), beban bawaan biasanya lebih banyak. Akibatnya kelelahan bertambah, konsentrasi menurun.