Mohon tunggu...
Sugiyanto Hadi Prayitno
Sugiyanto Hadi Prayitno Mohon Tunggu... Penulis - Lahir di Ampel, Boyolali, Jateng. Sarjana Publisistik UGM, lulus 1982. Pensiunan Pegawai TVRi tahun 2013.

Pensiunan PNS, penulis fiksi. Menulis untuk merawat ingatan.

Selanjutnya

Tutup

Mudik Cerdik

Aman, Nyamanm dan #DibikinSimpel Mudik pada Lebaran Ketupat

29 Mei 2019   00:02 Diperbarui: 29 Mei 2019   00:36 14
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ketupat lebaran - lebaran ketupat (milktee.nu)

Mudik itu ciri khas kegiatan muslim-muslimah pada hari-hari terakhir Ramadan. Para perantau, bahkan yang sudah puluhan tahun meninggalkan kampung halaman, masih punya semaca kewajiban untuk mudik. Bila kedua orang tua, serta para sesepuh keluarga sudah tiada, minimal masih ada kuburnya. Mudik selain bertemu sanak-saudara, juga mengunjungi makan orangtua dan leluhur lainnya.

Itu sebabnya betapapun berat, lama, dan biayanya besar, tidak ada alasan untuk menghindar dari seremonial mudik tahunan yang menasional itu.

*

Tips mudik hanya bisa diberikan oleh mereka yang punya pengalaman langsung dan menjalani mudik itu sendiri. Adapunerita-berita di media tidak menggambarkan keadaan sepenuhnya akan hal-hal apa yang sebenarnya terjadi. Dan karena itu si pemudik mesti pintar berstrategi, jeli memilih dan menentukan berbagai hal dalam persiapan perjalanan, selama perjalanan, maupun setelah sampai tujuan.

Melakukan perjalanan yang aman menjadi prioritas pertama. Aman tidak tergantikan dengan apapun. Bahkan aspek nyaman dan gratis sekalipun bukan menjadi pilihan bila (diperkirakan/diperhitungkan) tidak aman.

Memilih moda transportasi berarti membanding-bandingkan dengan ermat untuk mendapatkan yang lebih aman dan nyaman. Mungkin harga tiket lebih mahal.

Dfari mulut ke mulut promosi gratis bertebaran. Perusahaan otobus tertentu dikenal karena kondisi kendaraan yang prima, pengemudi yang sopan-tertib-tidak nantuk dan ugal-ugalan, jadwal perjalanan tepat, dan kondisi di dalam bersih dan nyaman.  Sementara perusahan otobus lain sebaliknya. Demikian pula dengan usaha travel, dan jenis angkutan lain.

Membeli tiket lebih awal menjdi pekerjaan selanjutnya. Untuk yang berpenghasilan di atas rata-rata tidak masalah kalaupun persiapan agak mendadak. Namun, bagi yang penghasilannya kecil persiapannya harus lebih panjang dan cermat agar uang terkumpul.

Bekerja keras untuk mendapatkan penghasilan lebih banyak, berhemat, lalu ditabung atau mengikuti arisan misalnya menjadi alternatif untuk pemecahan masalah biaya. Bila setahun sekali terlalu berat beban biaya, ya lakukan dua tahun sekali. Jangan memaksakan diri.

Harus tersedia biaya perjalanan pergi dan pulang, cukup untuk jumlah anggota keluarga yang ikut mudik. Selain itu ada dana ekstra yang harus dipersiapkan untuk membeli oleh-oleh, makan-minum di jalan, dana besin-tol (untuk yang membawa kendaraan pribadi), persiapan obat-obatan, dan uang saku (persiapan kalau ada hal-hal yang tak terduga dan membutuhkan uang).

Selain moda tansportasi yang dipilih, jauh-dekat jarak tempuh ke kampung halaman juga mempengaruhi persiapan. Bila lama perjalanan tidak sampai setengah hari (satu siang, atau satu malam saja) persiapan yang harus dilakukan relatif lebih ringan dibandingkan yang sampai berhari-hari.

Nyaman berarti cukup memadai biaya yang dipersiapkan. Karena itu berarti juga pilihan yang lebih baik.

*

Waktu mudik menjadi salah satu permasalahan yang tidak mudah dipecahkan. Seminggu terakhir perjalanan mudik ditandai dengan kemacetan di jalan tol, jalan negara, maupun jalan alternatif. Meski menggunakan jalan tol. Apalagi pada dua hari atau sehari sebelum Idul Fitri. Macet terjadi pada semua ruas jalan. Akibatnya waktu perjalanan bertambah, kondisi tubuh tidak fit lagi, bahkan kondisi kendaraan (baik kendaran umum, terlebih kendaraan pribadi) juga tidak fit lagi.

Maka mengapa tidak mengubah jadwal perjalanan saja. Pilihan waktu mudik tidak lagi pada hari-hari menjelang Idul Fitri, tetapi hari-hari setelah melakukan puasa Syawal 6 hari. Beberapa daerah menyebut hari-hari itu sebagai Lebaran Ketupat. Artinya, satu hari lebaran kemudian hari berikutnya kembali berpuasa Syawal Selma 6 hari berturut-turut. Pada hari ke 8 Syawal adalah Lebaran Ketupat.   

Beberapa keuntungan mudik pada seminggu setelah bulan Syawal, antara lain:

Kondisi lalu-lintas sudah relatif normal (untuk perjalanan mudik), bahkan cenderung sepi. Sebaliknya arus pulang/balik sedang padat-padatnya. Kegiatan amal-ibadah selama Ramadan jadi relatif utuh, tidak terganggu perjalanan jauh untuk mudik maupun upaya mengejar Lailatul Qodar. Terutama untuk yang mudik mengunakan sepeda motor, banyak diantar mereka yang harus membatalkan puasa karena beratnya perjalanan (panas, capek/lelah, ngantuk, lapar/haus). Selain itu pemakai sepeda motor tidak punya pilihan untuk melewati jalan pintas sebagaimana jalan tol bagi pengguna kendaraan roda empat.

Mengenai acara ketemu keluarga dan handai-tolan dapat dikondisikan bersama (hari cuti/libur, jadwal acara keluarga, jadwal reuni, berdarmawista,  dsb.). Dengan kata lain, bila ada kesepakatan bersama maka berbagai acara itu dapat dilakukan dengan lebih maksimal. Acara keluarga, acara reuni, acara berdarmawisata menjadi lebih simple.

Nah, itu tips penulis mengenai mudik aman, nyaman, dan #DibikinSimpel. Bila Idul Fitri depan belum terlaksana, kenapa tidak tahun berikutnya? Rencanakan berama-sama dengan matang nanti, dan buktikan keberhasilannya tahun depan.

   

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Mudik Cerdik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun