Wah, ini tema yang sangat tidak familier. Membaca berita dan informasi mengenai hal itu pun penulis hampir tidak pernah. Karena memang tidak tertarik, tidak terkait, dan rasanya jauh dari sana.
Sebagai pensiunan yang rutin sebulan sekali saja berhubungan intim dengan salah satu perbankan rasanya miris untuk memulai menulis. Tentu saja anak dan mantu yang terjun ke usaha swasta rasanya lebih akrab dengan persoalan itu. Mereka memiliki e-banking, melakukan transfer untuk berbagai urusan, dan entah apa lagi dilakukan sambil bekerja di depan komputer, mengendari kendaraan, Â terbangun di tengah malam, dan lainnya. Penulis jauh dari aktifitas itu, lalu harus menulis apa?
Kejahatan finansial perbankan? Apa modusnya? Dilakukan pada bulan Ramadhan pula? Bagaimana cara mewaspadainya? Oh, mahluk macam apakah itu. . . . . hehehe.
Tercenung-cenung juga penulis dihadapkan pada pertanyaan itu. Tapi lantaran terlanjur ada niatan mengisi satu hari satu tulisan di bulan Ramadhan, kebetulan ada tantangan, maka nekat saja. Â Tantangan tahun lalu pun ikutan, dengan hasil minimalis, dan sekarang. . . . lanjut.
Dan seperti setiap kali, mencari referensi kesana-kemari. Perlu waktu dan konsentrasi tersendiri. Baru mencari-cari tema yang sesuai dengan tuntutan npenyelenggara acara.
Nah, itu saja sebagai pengantar.
*
Teller Main Tilap dan Situs Palsu
Oknum pegawai BRI ditangkap karena 'menilap' Uang Nasabah hingga Rp2,3 Miliar (hSumber 1)
Pelakunya bernama Rika (28), seorang teller Bank BRI Unit Toddopuli. Ia ditangkap Dirkrimsus Polda Sulsel karena menilap (menggelapkan) uang puluhan nasabah Bank BRI di Makassar, hingga Rp2,3 miliar.
Demikian ungkap Kabid Humas Polda Sulsel di Makassar, Rabu (30/1/2019).
Masih terkait dengan nasabah, diberitakan ada 2 pria menipu 115 Nasabah menggunakan  situs palsu BRI. Kerugian 115 nasabah mencapai Rp1,5 Miliar. ( Sumber 2 )
Unit Cyber Crime Krimsus Polda Sulsel meringkus dua pelaku yakni Suparman alias Suppa (30), warga Kabupaten Wajo ,dan Sudirman alias Sudi warga Kabupaten Sidrap.
Kabid Humas Polda Sulsel Kombes Pol Dicky Sondani pada Jum'at (11/1/2019) mengatakan, pengungkapan kasus ini berawal dari laporan pihak BRI Pusat yang nasabahnya jadi korban tindak pidana penipuan online menggunakan situs palsu BRI.
*
Pegawai Jujur
Dua contoh kejahatan di atas rasanya cukup untuk membatasi lingkup tulisan ini, dan terkait pengetahuan ala kadarnya yang penulis dapatkan.
Suatu siang selepas salat Dhuhur berjamaah penulis sempatkan berbincang santai dengan seorang kenalan di teras belakang masjid. Sebut saja nama Pak Maman -pensiunan pada sebuah bank Pemerintah.
Sesuai dengan lingkup kerjanya yang 'hanya' di tingkat kantor cabang bahkan kantor cabang pembantu (dalam satu kota ada beberapa cabang dan cabang pembantu), maka 'kekuasaan'-nya pun terbatas. Ia bercerita selama kariernya sebagai pagawai bank (baca kepala) sudah beberapa kali memecat sejumlah pegawai yang ketahuan berlaku curang sehingga merugikan banyak nasabah nasabah.
Pelaku ada yang titipan dari sejumlah pejabat dari bank yang sama. Sikapnya tegas, kecurangan adalah kecurangan. Pecat (setelah mengembalikan semaksimalnya dari kerugian yang diderita nasabah, maupun kerugian pihak bank) dilakukan. Tanpa pandang bulu.
Ia mengatakan bahwa pihak bank sangat tidak suka bila kasus seperti itu sampai bocor ke media, dan kemudian harus melapor ke polisi. Sebab kerugiannya ada dua, nama baik bank jatuh; dan bila harus lapor dengan polisi urusannya jadi panjang, ruwet, dan merugikan.
Pak Maman mudah mengetahui mana pegawai yang jujur, dan mana yang tidak jujur. Ia melihat dari cara berpakaian (dari ujung kaki hingga kepala) maupun perhiasan yang dikenakan, serta kendaraan yang digunakannya. Ia tahu berapa gaji beserta tunjangan yang diperoleh seorang pegawai. Hingga ketika ia harus melacak kejujuran seseorang akan segera ketahuan jujur-tidaknya yang bersangkutan.
Itu mengapa Pak Maman sangat dihormati, sekaligus dijauhi dan ditakuti. Dan tak urung beberapa tahun sebelum pensiun ia tersingkir dari bidang keahliannya.
*
Setiap Ramadhan perputaran uang sangat tinggi. Maka tingkat kejahatan perbankan pun meninggi.
Cara konservatif berupa modus pemalsuan, penipuan dan penggelapan atas dana nasabah, masih berpeluang terjadi di era digital ini. Â Anehnya, kejadiannya selalu melibatkan oknum pegawai bank yang bersangkutan, mulai dari teller sampai dengan top level di lembaga keuangan tersebut.
Maka kehati-hatian perlu terus dilakukan. Memilih bank yang bonafid menjadi kriteria pertama. Kehati-hatian dan waspada dalam bertransaksi, termasuk di depan ATM maupun saat menggunakan perangkat e-banking, harus dipertinggi. Â *** 8 Mei 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H