Berpuasa pada bulan ramadhan itu berbeda. Ya, berbeda dibandingkan dengan puasa Senin-Kamis dan puasa-puasa sunah lainnya. Bahkan dengan puasa Daud pun berbeda.
Puasa Daud (mengikuti kebiasaan Nabi Daud), yaitu sehari berpuasa dan sehari berikutnya berbuka (tidak berpuasa), demikian seterusnya. Dengan begitu meski hari ini sangat lapar dan dahaga, besok seharian dapat makan-minum sepuasnya sebagai pengganti (logika orang awam).
Sedangkan puasa Ramadhan harus dilakukan terus-menerus selama sebulan, atau tiga puluh hari penuh (kurang-lebih). Tidak bisa ditawar-tawar (dengan kekecualian tertentu).
Itu sebabnya diperlukan cara, l;angkah-langkah maupun strategi yang jitu agar stamina kita tidak kedodoran di tengah ataupun di akhir bulan.Â
Sebelum sampai ke sana, baik kita pahami dulu serba ringkas mengenai Ramadhan.
*
Bulan suci Ramadhan mengharuskan setiap-muslimah (dengan berbagai ketentuan) menjalani puasa sebulan penuh. Sekitar tiga puluh hari sejak terbit fajar hingga Maghrib harus menahan lapar dan dahaga. Bersamaan dengan itu harus meningkatkan amal dan ibadah, serta menahan diri dari semua perbuatan dosa maupun sia-sia. Tujuannya satu, yaitu menjadi orang yang bertakwa.Â
Berpuasa selama sebulan penuh perlu perhitungan dan strategi tersendiri. Diibaratkan seorang pelari jarak jauh maka upaya meningkatkan stamina sebelumpertandingan dilakukan, dan kemudian juga menjaga kebugaran maupun ketahanan tubuh nharus diatur matang-matang.
Demikian barangkali gambaran mengenai orang yang berpuasa. Bagi oang-oang yang belum pernah merasakan pengalaman berpuasa sehari penuh mungkin terasa sulit dan tak mungkin melakukannya. Sehari saja serasa setahun, apalagi selama tiga puluh hari berturut-turut. Bisa kurus mendadak. Bukan karena kualitas hidangan saat berbuka maupun sahur tidak memadai, tetapi boleh jadi justru karena stress.
Mengapa begitu? Cermati, mata-telinga dan indera penciuman sering tanpa disadari  bebas berkelana dan melancong ke mana-mana. Di rumah bolerh saja meja makan bersih dari hidangan apapun. Tapi di layar televisi? Entah mengapa, acara masak-memasak dan makan-makan maupun kulineran tidak berkurang kuantitasnya pada siang hari.
Bagai orang-orang yang bekerja di luar rumah, sering secara tidak sengaja berjalan/berkendaraan melalui deretan rumah makan favorit. Pintu dan jenela boleh ditutup rapat tetapi aktivitas di balik gorden masih sama sibuk dibandingkan dengan hari-hari di luar Ramadhan, Â bahkan aroma masakannya pun meluber kemana-manam jadinya terasa mengusik lubang hidung.