Setelah peristiwa itu mereka menyadari ruginya sikap bungkam dan tidak mau terlihat dalam persoalan sosial-politik-ekonomi setempat. Kini mereka punya keyakinan baru, bahwa di New Caledonia yang multikultural, Â keturunan Jawa harus lebih asertif dalam upaya mengangkat dan mempertahankan kepentingan sendiri. Transformasi luar biasa ini juga membuahkan hasil dalam proses integrasi di New Caledonia. Demikian pun sampai kini, terkait upaya mempertahankan identitas budaya, keturunan Jawa menghadapi tantangan yang tidak mudah,.Â
Pengamatan dan penulisan mengenai Orang Jawa di New Caledonia oleh mantan Konjen Nouvea New Caledonia (2014-2017) Widyarka Ryananta itu dinilai dosen dan mahasiswa sebagai bagian dari studi sejarah dan diplomatik yang masih perlu terus dikembangkan.
Ade M Wirasenjaya, Dosen Kajian Globalisasi dan Isu-isu Non Tradisional, Editor in Chief Jurnal Hubungan Internasional UMY, kandidat doktor di UGM, mengapresiasi terbitnya buku "Jejak Orang Jawa di New Caledonia". Dalam penilaiannya, saat ini masih jarang seorang diplomat menulis buku terkait fenomena budaya bangsanya di suatu negara tempatnya ditugaskan.
Lebih lanjut dijelaskan, penulis sebagai seorang diplomat mencoba menjahit bangunan antropologis tentang bagaimana sebuah entitas budaya -Jawa -- mampu mengkonstruksi sebuah enklave peradaban yang sangat unik untuk kemudian mentransformasikannya pada arena sosial --politik serta identitas sebuah bangsa.
Sedangkan Dr. Nur Azizah, M.Si selaku Ketua Prodi Hubungan Internasional UMY, mengungkapan rasa terima kasihnya. Dikatakannya, "Acara ini sangat bermanfaat untuk memperluas cakrawala pengetahuan tentang fakta yang belum pernah diketahui sebelumnya. Bahwa ternyata banyak saudara-saudara setanah air -dalam artian etnis orang Jawa- yang bertahan hidup di negara kecil di Asia Pasifik seperti Kaledonia Baru,"
Terbiasa dengan ketelitian dan ketekunan membuat laporan sejak mengawali karier sebagai diplomat dengan penugasan pada negera Negara di Asia maupun Eropa, Widyarka pun tak segan bertutur mengenai proses penulisannya.Â
Tiga bulan menjelang pensiun pada April 2017 ide penulisan buku itu muncul dalam pemikirannya. Maka gerak cepat pun dilakukan. Beruntung terkait dengan tugas ia sudah terbiasa dan rutin menulis laporan maupun press release untuk dikirim ke media cetak dan elektronik di tanah air. Yang diperlukan baginya tinggal pengembangan dan pendalaman agar tulisan lebih lengkap dan berbobot, runtut dan utuh untuk sebuah buku.
Di tengah kesibukan sebagai Konjen Noumea, Widyarka meluangkan banyak waktu mendatangi narasumber dan sumber-sumber kepustakaan yang diperlukan di beberapa kota/provinsi lain, mewawancarai, mencatat dan terlibat langsung dengan kegiatan orang-orang Jawa di sana, dan langsung menuliskannya.Â
Sering ia menulis hingga larut malam, sehingga harus diingatkan sang istri agar tidak melupakan kesehatan dengan segera beristirahat. Dengan ketekunannya kemudian  terkumpul 34 judul tulisan, yang terbagi dalam 4 subjudul.
Ketekunan dan keuletan dalam mewujudkan tulisan menjadi sebuah buku ini diharapkan pihak  UMY dan UNS dapat menginspirasi para diplomat maupun calon diplomat agar wawasan warga bangsa, dan khususnya para mahasiswa maupun dosen program studi Hubungan Internasional di tanah air makin luas dan terasah dalam pergaulan dunia.***12/09/2018