"bagaimana rasanya jadi
koruptor?" tanyaku pada isteri yang dari tadi
mencari-cari receh untuk beli sayur.
"tergantung waktunya,' jawab isteriku
tanpa menoleh. "ketika mereka jadi pesakitan
pasti rterasa betul sama dengan maling, begal,
pemerkosa, penyelundup, dan
bandar narkoba. Sama-sama membusuk
di penjara."
oh sedih nian bila begitu, ucapku dalam hati.
isteri menambahkan. "kala mereka bersimaharaja
merasa diri tuhan, penguasa jagad raya."
"aduh. . . .," seruku spontan, tanpa sadar.
kalau begitu biarlah esok-lusa aku berhenti.
tak ingin jadi tuhan, apalagi pesakitan.
"bagaimana rasanya jadi isteri koruptor?"
tanyaku ketika isteri pulang dari berhutang
 ke warung sebelah rumah. "pasti ia was-was,
suaminya bakal menikah lagi. . . .!"
hujan menderas di luar, perut makin lapar.
masakan belum juga matang. Isteri masih sibuk
mencari cara untuk mendapatkan beras
dan apa saja yang dapat dijadikan lauk.
jelas kami bemimpi saja untuk menjadi koruptor.
sebaliknya apakah mereka pernah sekali waktu
ganti bermimpi menjadi orang miskin
yang teramat miskin?
tentu, ketika mereka menjadi penghuni
ruang sempit berjeruji besi
rasakan
hadapi prosesnya, membusuk kamu
berjamaah, di situ.
bahkan ketika masih hidup
dan berhasil keluar dari penjara
baik tetaplah berkarib
dengan kutu busuk, tikus, dan sampah.
Cibaduyut, 15 Feb - 12 Sept 2018
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H