Mohon tunggu...
Sugiyanto Hadi Prayitno
Sugiyanto Hadi Prayitno Mohon Tunggu... Penulis - Lahir di Ampel, Boyolali, Jateng. Sarjana Publisistik UGM, lulus 1982. Pensiunan Pegawai TVRi tahun 2013.

Pensiunan PNS, penulis fiksi. Menulis untuk merawat ingatan.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi | Ngabalin, Memainkan Gendang dengan Cara Berbeda

20 Juli 2018   00:49 Diperbarui: 20 Juli 2018   01:02 429
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

1/
Memang itu namanya. Ngabalin, bukan yang lain.  Dari ujung timur sana merah-putih berkibaran
getarnya sayup-sayup sampai. Warnanya memudar, semangatnya luntur, juga kondisi warganya yang gampang retak.

Namun rasa was-was itu sirna. Setidaknya dengarkan suara Ngabalin. Ia lelaki kelahiran Fak-Fak
tengik betul raut dan gerak bibirnya,  terlebih isi curahan hatinya, pada siapapun lawan politik Pilpres Prabowo. Dulu. Sebelum semuanya berubah.

2/
Cepat sekali semuanya berlalu, tidak ada yang abadi, politik apalagi. Yang abadi justru perubahan,  begitu para politisi gemar bersilat-lidah. Tak jarang juga menjilat ludah sendiri.
Kini ia luar biasa manis,  tutur katanya benderang, logikanya mentereng. Ahya, tentu demikian
ungkap senang pendukung Presiden Jokowi. 

Ngabalin yang kutu loncat, ibarat terpesona kelopak rekah bunga. Mungkin madu yang dicecapnya,  mungkin putik sari digenggaman, setidaknya embun pagi yang mendinginkan hati.

Suaranya masih sama getas dan lantang,  seperti raungan knalpot bocor, atau deras hujan di atap seng, riuh. Mata dan mimik tegas, kini, dilandasi rasa. Bukan prasangka buruk, bukan niat jahat. 

Ia tak lagi gampang menyerang,  kecuali semata meluruskan, itupun terasa garang..

3/
Begitu mungkin. Alangkah baik Tuhan,  mengatur skenario di tanah ini. Setelah lama  tertatih, terpuruk, seperti mati suri, kini dibiarkannya kencang berlari, mengejar banyak hal yang tak mungkin. Boleh jadi serupa si bebal hendak meraih mimpi. Ngabalin, satu dari sejumlah nama.
Ia tak berkelit dari rasa percaya diri..

Maka bakal makin banyak orang Papua, yang menasional,  peran dan sertanya. Begitu mestinya pemerataan di negeri ini, mengubur keadilan sosial yang lama terpasung, menelikung ketimpangan dan harap yang tersandera. Masih banyak nama dari bumi Papua,yang mesti jernih bersuara.

Ngabalin salah satunya. Ya Ali Mochtar Ngabalin, sang juru bicara. Siapa sangka, ia kini bermetamorfose dalam memainkan gendang kehidupannya, dengan cara berbeda..
Bandung, 20 Juli 2018

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun