Saya sangat suka dengan seseorang yang tampil dengan kemeja tertentu, lalu memberi keterangan: bahannya bagus, jahitan mentereng, dan disain tidak mengecawakan. Harga sahabat, dan dapat dicicil tiga kali. Misalnya. Â Tapi rasanya belum ada yang berpenampilan begitu komersial. Rata-rata orang menunjukkan brand tapi malas menyebutkan harga, dan apalagi menybutkan dapat obralan di mana, berapa potongan harganya, bisa dicicil-tidaknya.
 *
Ahya, tentu persoalan outfit ini saya rasa habitatnya kid zaman now, yang potnesi mejeng dan majangnya masih penuh semangat. Zaman kekinian yang dinamis, dan serba terbuka-transparan-modern mendukung hal itu. Media elektronik dan media social menjadikan antara orang awam dengan selebritis dan public figure hampir tanpa jarak dalam hal penampilan. Maka dunia fashion berkembang pesat, daya beli terdongkrak oleh kinerja yang terus melejit, dan pada akhirnya semua bermuar apada gaya hidup.
Lalu bagaimana gaya hidup seorang muslim-muslimah dalamhal berbusana? Pertama, bersih dan suci bila adzan tiba untuk melakukan shalat di tengah kesibukan kerja yang mungkin di tengah perjalanan. Kedua, menutupi aurat. Antara perempuan dan lelaki berbeda.Â
Jangan karena terjerat mode lalu mengenakan celana panjang berlubang-lubang untuk ke masjid. Ketiga, sopan dan menunjukkan adab Islam sebagaimana adat-budaya daerah masing-masing. Keempat, nyaman dan aman dipakai ke masjid, bersilaturahim dengan sanak-saudara warga. Kelima, diniati untuk memberi inspirasi bukan mencari sensasi, untuk syiar dan mencari berkah Ramadan. Â
Saya sendiri suka sekali penampilan Ustadz Wijayanto yang selalu berbatik, berpeci hitam, dan berbicara lemah-lembut meski sesekali penuh sindiran dan humor. Ia tidak pernah mengenak jubah dan ikan kepala (seperti Aa Gym), mungkin merasa sama sekali belum seperti para wali dalam hal ilmu agamanya.Â
Sedangkan untuk artis penyanyi, pilihan saya tetap pada Didi Kempot yang tetap berpakaian Jawa: beskap, kain batik, blangkon dan selop. Tapi jika ia di atas panggung. Kalau untuk ke masjid kayaknya ribet banget. Sebab saat rukuk dan sujud bakal lepas semua ikatan dan kain karena terlalu ketat.
Tapi kalau mau menengok gaya berbeda terkait dengan  sarung dan peci, lihat saja salah satu gaya terbaik pada Street Style di Milan tahun lalu. Seorang pria dinobatkan jadi salah satu pemilik gaya street style terbaik dari majalah fashion pria, GQ. Ia adalah editor fashion sebuah majalah pria bernama Mobolaji Dawodu.  Mobolaji yang dipotret oleh fotografer Dan Roberts tertangkap kamera dengan memakai scarf mirip motif sarung warna hijau yang disampirkan di leher dan juga topi yang sangat mirip peci di kepalanya. **
*
Saya sendiri tiap hari berpakaian kaos berkerah, celana panjang butut, berpeci rajutan, dan sandal jepit. Tak lebih tak kurang. Itu sebabnya  saya hampir tidak pernah mejeng dan majang di media sosial untuk menunjukkan bahwa saya mengenakan pakaian yang jauh dari branded. itu saja. ***31/5/2018