Mohon tunggu...
Sugiyanto Hadi Prayitno
Sugiyanto Hadi Prayitno Mohon Tunggu... Penulis - Lahir di Ampel, Boyolali, Jateng. Sarjana Publisistik UGM, lulus 1982. Pensiunan Pegawai TVRi tahun 2013.

Pensiunan PNS, penulis fiksi. Menulis untuk merawat ingatan.

Selanjutnya

Tutup

Kurma

Sahur pada Keluarga Besar, Dehidrasi, dan Kenangan

18 Mei 2018   23:22 Diperbarui: 18 Mei 2018   23:42 428
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
air putih untuk buka dan sahur/wellnessmama.com

Kenangan sahur di rumah orang pun menarik untuk ditulis. Pertengahan tahun 1980 kami melakukan pengambilan gambar sebuah features di Bolaang Mongondow. Dari tujuh orang kru (termasuk pengemudi minibus), saya sendiri yang muslim.

Kebiasaan waktu itu menginap di rumah beberapa keluarga setempat (hotel belum sebanyak sekarang). Saya ditempatkan pada keluarga yang beragama Protestan. Agak bingung juga memikirkan soal sahur. Saya bersiap air putih saja (dulu belum ada warung/rumah makan buka khusus melayani orang sahur).

Sekitar pukul tiga pagi tuan rumah membangunkan saya. Bingung, ada apa? Oh, rupanya diam-diam tuan rumah telah menyiapkan makan sahur halal bagi saya. Makanan, minuman, dan kue. Luar biasa. Rupanya seorang kru memberitahukan hal ini kepada tuan rumah. Saya mengucapkan terimakasih karena telah merepotkan mereka. "Terima kasih, Tante, sudah repot-repot menyiapkan sahur untuk saya." Sampai sekarang saya tidak pernah lupa kebaikan keluarga itu.

Kenangan lain. Pertengahan 1990-an ketika ditugasi membuat materi siaran ke Indramayu ada inisiatif mencari 'human interest'. Saya dan juru kamera mengikuti rombongan Obrog. Sejumlah remaja membuat bunyi-bunyian menggunakan bedug, tong, kaleng dan panci bekas.

Aneka barang itu diusung dengan gerobak dorong, dan diikuti para penabuhnya, Variasi pukulan membentuk harmoni musik perkusi. Sambil menabuh keras-keras mereka menyanyikan puji-pujian kepada Allah dan Rasulullah.

Saya merasakan betapa bising dan riuh-rendah musik yang dibawakan pada lewat tengah malam hingga menjelang sholat Subuh. Bagi yang belum terbiasa mungkin merasa sangat terganggu. Beruntung Obrog yang kami ikuti hanya lewat jalan-jalan beraspal, tidak sampai ke jalan-jalan kampung. "Lantas kapan kalian sendiri makan sahur?" Tanya saya kepada pimpinan rombongan. "Kalau ada keluarga atau pengurus masjid yang berbaik hati mengundang kami. . ..!"

Kenangan satu lagi. Pernah pada satu waktu sekitar tahun 1970-an, setelah makan sahur dan berjamaah sholat Subuh di masjid Sulthoni dilanjutkan dengan aksi saling lempar petasan. Lalu lintas dan suasana Jalan Malioboro pagi itu masih sepi. Dua kelompok anak berdiri berseberangan. Rupanya aksi perang petasan malam hari setelah sholat tarawih belum selesai. Saya melihat dari kejauhan saja sambil tersenyum, "Entah bagaimana jadinya kalau petasan yang dilempar orang masuk ke dalam sarung lawan, dan meledak di sana. . . .!"

*

Setelah menjadi orangtua, sesekali terasa kesalnya menghadapi anak-anak yang sulit dibangunkan untuk sahur. Situasi seperti masa kecil berulang, orangtua sibuk mempersiapkan untuk makan-minum dan sahur, sedangkan anak-anak (tidak sebanyak dulu, tiga orang) tinggal merepoti saja.

Persoalan dulu beda dengan sekarang, sebab tiap anak punya kamar sendiri-sendiri. jadi membangunkan pun tidak lebih gampang. Jadi apa serunya? Serunya tidak dirasakan oleh anak-anak, tetapi dipendam sendiri para orangtua. Saya dan isteri merasa seru sendiri, tepatnya repot. Jelang Lebaran berarti: persiapan aneka kue dan masakan, pakaian baru, biaya mudik, dan bekal uang yang cukup. 

Itu saja aneka cerita seputar sahur dan keseruan yang saya rasa dan lihat.***18/5/2018

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun