Mohon tunggu...
Sugiyanto Hadi Prayitno
Sugiyanto Hadi Prayitno Mohon Tunggu... Penulis - Lahir di Ampel, Boyolali, Jateng. Sarjana Publisistik UGM, lulus 1982. Pensiunan Pegawai TVRi tahun 2013.

Pensiunan PNS, penulis fiksi. Menulis untuk merawat ingatan.

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Takjil, Ketika Berburu dan "Berburu"

17 Mei 2018   23:50 Diperbarui: 18 Mei 2018   00:01 1146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Untuk kota-kota besar, sekal lagi, tidak ada lagi yang secara khusus muncul terkecuali yang mewakili makanan daerah. Biasanya ada warga kota yang berasal dari salah satu pelosok daerah di tanah air yang membuatnya. Bulan Ramadan digunakan untuk membuat makanan dan masakan khas daerah mereka. Tentu pembeli dan kemudian menjadi pelanggannya orang-orang sedaerah pula, atau orang lain yang pernah tinggal atau minimal singgah di sana.

Orang-orang yang pernah menikmati perjalanan menggunakan kapal laut yang singga ke beberapa pelabuhan, akan memanfaatkan waktu kapal sandar untuk memberi makanan dan masakan setempat untuk berbuka.

Di Bandung ada beberapa lokasi yang menyediakan takjil untuk diburu. Dengan catatan cukup uang untuk membayarnya. Sedangkan di masjid-masjid, dengan alasan kepraktisan dan kebersihan, yang disediakan biasanya minuman kemasan, beberapa kue, dengan bungkus mudah dibersihkan/dibuang. Apalagi untuk masjid besar, seperti Masjid Raya Bandung dengan jumlah jamaah yang lebih dari seribu orang.

*

Dalam tugas sebagai pencari berita dan informasi lain, dulu ketika Banten masih menjadi satu wilayah dengan Jawa Barat, sejumlah masjid di kota dan pelosok desa pernah saya singgahi dan merasakan takjil yang mereka suguhkan untuk jamaah.

Satu masjid yang sejak lama menyuguhkan minuman panas-dingin (tanpa kue), diantaranya kopi, teh, dan air kemasan disediakan di sebuah masjid tepi jalan Cianjur ke arah Bandung. Bukan hanya saat Ramadan, hari-hari biasa pun beberapa orang siap melayani (gratis). Pelayanan serupa kemudian ditiru masjid-masjid lain. Alasannya sederhana, setelah selesai sholat berjamaah para jamaah ingin beberapa saat beristirahat (dalam perjalanan ke kota lain/luar kota), sehingga suasana masjid relatif lebih makmur/ramai.

Demikian sekadar lintas pengalaman mengenai takjil.   ***17/5/2018

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun