Menulis saja sebenarnya mudah. Sejak SD setiap orang sudah diajari menulis. Namun menjadi penulis, sungguh tidak gampang. Terlebih menulis yang spesifik, yang bernilai membuka/memperluas wawasan, yang mengedukasi, bahkan memotivasi/menginspirasi. Dan yang 'tidak gampang' itu ternyata dapat dilakukan oleh Widyarka Ryananta. Ia menulis buku bernuansa sejarah keturunan orang Jawa di New Caledonia.
Jerih payahnya menulis pada satu setengah terakhir tugasnya 'dipamerkan' dalam beberapa kesempatan, diantaranya di depan ratusan keturunan Jawa dari l uar negeri pesera Pertemuan Javanese Diaspora III di Yogyakarta tahun 2017. Selain itu juga di depan sejumlah kolega diplomat, di  komunitas reuni SMA-Fakultas,  maupun di depan mahasiswa Perguruan Tinggi. Senin lalu (2/4/2018), Widyarka Ryananta mengisi kegiatan kuliah sebagai dosen tamu pada Program Magister Pendidikan Sejarah, Pascasarjana Universitas Negeri Jakarta (UNJ), di Jakarta. Kuliah ini diikuti lebih dari 60 peserta.Â
Menulis Buku
Meski dunia sudah terasa makin sempit (oleh pesatnya kemajuan iptek), ternyata masih ada orang yang belum tahu di mana gerangan New Caledonia. Di Eropa Timur, Afrika, Amerika Latin, atau di mana? Lokasi kawasan itu menjadi penting sebab di sana ternyata masih ada keturunan orang Jawa yang  sebagian mengaku masih mempertahankan ke-Jawa-annya. Â
Perasaan asing mengenai New Caledonia sebenarnya pernah juga merayapi dada seorang diplomat karier Widyarka Ryananta. Pada tahun 2014, setelah penugasannya pada  dua negara Asia Timur, sebuah negara di Eropa, dan Malaysia;  ia ditempatkan di New Caledonia.
Di mana letak NC, dan ada apa di sana? Jawaban selaintas: jauh, terpencil, dan kecil. Penempatan di sana dapat berarti diberi tantangan.
Sejarah kedatangan mereka, perkembangan, dan perubahan adat-budaya maupun gaya hidup mereka hingga saat ini terlalu menarik untuk dilewatkan. Maka mulailah Widyarka menuliskannya.
Dosen Tamu
Widyarka dalam kuliah tersebut menuturkan awal; sejarah orang Jawa di NC. Sebanyak 170 orang Jawa dibawa oleh Kolonial Prancis ke New Caledonia pada tahun 1896 dengan menggunakan kapal uap Saint Louis. "Karena kurang terekpos, kita hanya mengenal Suriname (salah satu wilayah bagian Belanda) sebagai satu-satunya tempat keturunan Jawa bermigrasi pada jaman kolonial. Saat itu, orang-orang Jawa dipekerjakan sebagai buruh kontrak pada sektor pertanian, pertambangan dan jasa asisten rumah tangga."
Dalam ulasannya, Dr. Kurniawati, M.Si (koordinator Program Studi Pendidikkan Sejarah Pascasarjana UNJ) menyatakan topik yang disampaikan oleh Widyarka sangat menarik untuk diteliti lebih dalam. Alasannya, informasi dan referensi sejarah keturunan Jawa di New Caledonia masih sangat minim. Untuk itu ia berharap Pemerintah melalui KJRI Noumea di New Caledonia dapat membantu mahasiswa dan dosen sejarah melakukan penelitian lebih lanjut di New Caledonia.
Pernyataan mengenai minimnya informasi dan referensi keturunan Jawa di NC itu dibenarkan oleh Widyarka. Referensi yang ada pun dalam Bahasa Prancis.
Bahkan dalam beberapa kesempatan bedah buku, sejumlah hadirin berterus-terang menyatakan tidak mengetahui letak NC maupun keberadaan orang Jawa di sana. Demikian pun mereka merasa 'surprised', terharu dan bangga mengetahui bahwa generasi muda (keturunan kedua hingga keempat, kedatangan pertama 16 Februari 1896 sampai dengan  terakhir tahun 1950-an) tersebut  berupaya terus melestarikan tradisi dan budaya leluhur.
Dosen Pascasarjana Sejarah UNJ, Drs. Abrar, M.Hum dan Dra. Budiarti, M.Pd memberi apresiasi atas terbitnya buku 'Jejak Orang Jawa di NC'. Â Sebab isinya tidak hanya merujuk pada buku-buku yang telah ada (didukung kemudahan mengakses informasi dari Instansi Arsip Nasional NC), tetapi juga keberhasilan Penulis menggali dan mewawancarai secara langsung para pelaku sejarah. Â Kedua dosen UNJ tersebut juga meminta agar KJRI Noumea bisa memfasilitasi untuk memperoleh akses informasi dan data sejarah terkait diaspora Jawa di Arsip Nasional New Caledonia.
Seorang alumni PS Sejarah, Bara Prastama, M.Hum menyatakan bahwa buku tersebut sangat inspiratif. Selain mudah dipahami karena ditulis dengan bahasa bertutur (pengalaman langsung Widyarka sebagai penulis), isinya bersifat memotivasi pada generasi muda kita. Keturunanorang Jawa di NC secara budaya sudah meniru Prancis/Eropa namun tetap banyak yang berupaya terus melestarikan budaya leluhur (gamelan, tarian, kuliner, adat dan bahasa).
Menulis buku sejarah tentu menggunakan  kaidah tersendiri. Untuk itu Widyarka (latar-belakang pendidikan Hubungan Internasional) berharap agar buku berjudul 'Jejak Orang Jawa di New Caledonia' dapat dijadikan titik-tolak dan referensi untuk menuliskan yang lebih baik/ilmiah. Â
Sebagai tambahan informasi,  para narasumber sudah semakin sepuh, sehingga daya ingat pun menurun. Keikhlasan mereka menjadi narasumber (melalui pendekatan yang tidak mudah dan lama) demi kepentingan sejarah perlu dihargai, sebab  selama ini mereka menutup-nutupinya.Â
Satu hal lagi, narasumber dan keturunan Jawa di NC berterimakasih atas terbitnya buku tersebut. Â Namun mereka berharap suatu ketika buku 'Jejak Orang Jawa di New Caledonia' (yang kini diterbitkan secara indie, dengan jumlah eksemplar terbatas) menarik minat penerbit mayor (dapat dibaca oleh khalayak lebih luas), dan dapat diterjemahkan ke dalam Bahasa Prancis. Semoga.***
Keterangan:
-Bahan press release Program Studi Magister Pendidikan Sejarah Pascasarjana UNJ , dan keterangan Widyarka Ryananta
-Foto-foto Dokumentasi Pascasarjana UNJ dan Widyarka R.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H