Mohon tunggu...
Sugiyanto Hadi Prayitno
Sugiyanto Hadi Prayitno Mohon Tunggu... Penulis - Lahir di Ampel, Boyolali, Jateng. Sarjana Publisistik UGM, lulus 1982. Pensiunan Pegawai TVRi tahun 2013.

Pensiunan PNS, penulis fiksi. Menulis untuk merawat ingatan.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

(RTC) Menulis Puisi (Dua)

14 November 2017   22:14 Diperbarui: 14 November 2017   22:19 416
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
www.yevgeniawatts.com

Bagiku untaian puisi sangatlah sederhana, puisiku
tak lain kamu. Perpaduan perasaan kasih, diantara kita.
Entah tautan jarak, timangan bimbang
atau semacam derap cepat untuk merindu.
Yang teraba selalu gelisah tak tentu saat melangkah.
Ingin segera kutemui, senyum itu, dengan kata-kata cemas
untuk mampu merengkuhmu.

Karenamu terus kutulis puisi tak tuntas, hanya untukmu
sungguh aku lupa cara menggoreskannya.
Apakah nanti kamu suka, bisakah semesta menerima.
Aku sekadar mengupas gundah dalam puisi. Aku tak tahu
mestinya menulis apa.

Jadilah memang belantara puisi. Bacalah. Di sana mungkin tersua
apa saja, celoteh kita. Terpenting ada balutan rasa,  ada aroma
keindahan secukupnya untuk kita. Kutahu tiba-tiba cara meramu
selera apa yang tercecap pada setiap menu. Rasakan. Terlanjur renta
segenap inderaku saat menelusuri pesisir sunyi semacam puisi.
Pada dahan dan daunan, hanya aku dan kamu, dan sebaris doa.

Bandung, 14 November 2017

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun