Saya ingin menulis pendek saja. Tentang tiga hal, yaitu kompasianival, ulang tahun, dan buku kumcer. Kompasianival 2017 diselenggarakan Sabtu besok. Seharian penuh dari pagi hingga malam hari. Acaranya padat, penuh gebyar dan bermutu. Nama-nama beken generasi lalu dengan generasi kini dipertemukan. Sebuah ide gemilang. Namun saya tidak hafal siapa saja mereka, karena memang tidak mengikuti sejak awal.
Demikian pun meski mungkin terlambat, saya insya Allah akan datang ke Jakarta. Kalau lancar jarak Bandung -- Jakarta dapat ditempuh tiga sampai empat jam. Namun jarak itu juga berarti waktu, biaya, dan kesempatan yang harus  saya perjuangkan. Nah kali ini mudah-mudahan tidak terkendala.
Subyektivitas, Kumcer
Soal siapa saya hingga merasa penting ikut hadir dalam Kompasianival esok semata subyektivitas penilaian saya sendiri. Sebenarnya selama tiga setengah tahun menjadi Kompasianer, tidak banyak yang saya kenal. Juga kurang sekali aktivitas saya dalam menulis, berkomentar, serta berpartisipasi dalam berbagai kegiatan yang diselenggarakan Kompasiana. Saya warga biasa-biasa saja di sana, warga centang hijau abadi, dengan jumlah tulisan baru 400 judul/postingan.
Hal yang membuat saya bersemangat untuk datang karena penyelenggaraan Kompasianival tahun ini bertepatan dengan hari Sabtu. Dan hari Sabtu besok kebetulan tanggal 21 Oktober 2017. Apanya yang aneh? Sangat tidak dinyana dan diguna hari itu merupakan hari kelahiran saya. Enam puluh tahun lalu, tepatnya hari Senin Wage lahir bayi mungil berkelamin laki-laki yang dikemudian hari sosoknya menjadi saya.
Artinya, bahwa hari itu saya merayakan hari ulang tahun. Dan pada saat yang sama Kompasiana menyelenggarakan Karnival akbar. Tidak berlebihan bila saya merasa seperti dirayakan (sengaja atau tidak sengaja), dan pasti saya senang-senang saja. Semua acara dari pagi sampai malam hari yang hebat-hebat itu tak lain untuk memeriahkan keberadaan saya.
Kalau ada sesama Kompasianer yang juga berulang-tahun pada 21 Oktober besok maka kami harus rela berbagi perasaan bahagia. Atau sebaliknya justru mendapatkan kehadiaan yang berlipat-lipat besarnya. Ternyata bukan saya satu-satunya. Beberapa teman lain dari ratusan ribu Kompasianer yang resmi terdaftar, pasti berultah pula besok, walau tidak semua dapat berkumpul di Jakarta.
Ahya, tentu semua obrolan di atas sebatas dalam perasaan saya saja. Jangan diambil hati, apalagi lalu dibilang ke-ge-er-an. Jangan. Biarkan saya nikmati sendiri perasaan dan kebahagiaan saya itu.
Demikian pun sebenarnya saya punya kejutan sendiri yang lain. Bikin kejutan untuk diri sendiri? Aneh. Saya pada dua minggu lalu tiba-tiba punya rencana: mengapa tidak membuat kado kecil untuk diri sendiri? Bentuknya apa? Ya, sebuah buku cukuplah, buku kumpulan cerita pendek (kumcer). Kenapa tidak?
Maka malam itu saya berkomunikasi dengan bandar penerbitan yang menggawangi Peniti Media, di Pondokgede. Pak TS namanya. Ia senior dan dedengkot literasi yang 'tak asing' lagi. Alias sudah 'pribumi' sekali.. hehe. Dalam bahasa Sunda (sepengetahuan saya) kata 'pribumi' punya rasa bahasa 'pemilik/tuan rumah'. Dan rencana saya itu mendapatkan lampu hijau.
Maka segera saya kumpulkan 29 judul cerpen yang pernah saya posting dari tahun 2014 hingga 2017. Maka saya berkutat dengan typo, salah logika, kalimat bertele-tele, ceria asal-asalan, dan banyak lagi. Maka semampunya saya benahi. Saya pilih temanya hampir sama, tentang keluarga dan pasangan suami-isteri.Â
Saya memilihnya dari sekitar 100 judul cerita yang pernah muncul di Kompasiana. Judul bukunya saya ambil dari judul sebuah cerpen saya yang pertama kali mendapatkan HL, yaitu Orang-orang yang Menyerah. Sebuah cerita tragis, yang bahkan saya sendiri ikut 'trenyuh' pada sosok antagonis didalamnya.
Rencananya jumlah halaman buku sekitar 100 halaman saja. Tipis, tapi padat. Semalam draft naskah lengkap sudah saya kirim via email kepada Pak TS. Desain sampul masih digarap anak saya yang kesehariannya akrab dengan desain interior. Sementara itu pengajuan ISBN sudah dikabulkan. Proses berlanjut, penyuntingan, layout, sebelum masukmesin cetak. Juragan penerbitan ganti punya gawe. Rencana akhir bulan ini buku kumcer tersebut mewujud.
Indie, Hadir
Saya senang buku kumcer itu nantinya merupakan buku kedua saya. Sebelumnya secara indie pula saya membuat buku kumpulan puisi, berjudul "(Hanya Orang Gila) Yang Masih Menulis Puisi'.
Sementara itu kalau bicara soal buku antologi dan buku bersama Kompasianer lain sekitar 10 judul sudah saya ikuti. Terdiri dari buku puisi, cerita mini, human interest/features. Dua tulisan yang cukup membanggakan yaitu tulisan mengenai sosok Pak Tjiptadinata Effendi berjudul Semangat Matahari pagi, dan tulisan mengenai makna keberagaman dalam buku (In)toleransi yang dieditori oleh Pak TS.
Begitulah, Sabtu besok jangan lupa untuk menghadiri acara Kompasiana Karnival, yang dipendekkan menjadi Kompasianival. Tahun 2017 ini kompasianival diselenggarakan di Lippo Mall Kemang, Jakarta Selatan. Sampai jumpa besok di sana. Terima kasih bila bersedia menyempatkan hadir, dan mengikuti acara sampai selesai Sebab itu berarti juga merayakan hari ulang tahun saya, ya ultah saya ke 60 tahun. Keren, ya? Siapa? Kompasianival 2017.
Bandung, 20 Oktober 2017Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H