Lihatlah kawanku, monyet lepas lagi
krangkeng tak mampu menjaringnya
jala tak sanggup menjeratnya, ia lepas
berlari kencang menuju ke keliaran abadi.
Lama sudah kota-kota bersepuh mainan
anak-anak berlarian mengejar bayang
juga si tua dan mereka yang tak mau lepas
dari masa kanak, tak malu menjarah hutan.
Hutanku aneka satwa dan pohonan meraya
langit menaunginya dengan mendung
sesekali gerimis, satwa berloncatan bingung
perut lapar, tinggal pakan daun dan buah racun.
Tapi monyet-monyet rakus terus berebut
sepanjang hari mereka bergelut, gaduh.
Satwa lain pun bangkit menyingkir dengan prihatin
raja hutan maklum saja: mereka memanusia.
Mahluk yang tak ada malunya, berebut
tak lain cara mereka menata jati diri.
Lalu adu mulut, dan saling sikut tanpa henti.
Monyet sifatnya, sungguh, manusia wujudnya.
Cibaduyut, 16 Oktober 2017
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H