Malam tanpa angin, mendung tebal di menggayuti langit, gerah. Perempuan lajang itu menutup sebelah daun jendela, dan sempat mengintip ke arah langit. Ia merasa haus. Bergegas Muski keluar kamar, melangkah ke dapur untuk membuat secangkir es teh. Â Dua adiknya belum pulang dari kegiatan kampus. Ibu dan bapaknya pergi ke luar kota untuk satu urusan penting. Ahya, sepenting apa? Kenapa mereka tidak mengatakannya kalau memang amat penting? Jangan-jangan mereka menemui beberapa teman lama, teman SMP atau SMA misalnya. Jangan-jangan mereka memburu informasi kepada siapapun yang punya anak perjaka tampan dan mapan, masih lajang serta pasrah untuk dijodohkan? Jangan-jangan kedua orangtuanya ke biro jodoh. Ah ah! Muski tersenyum kecut sendiri, aneh dan hambar!
Muski kembali duduk di kursi baca, dekat rak buku, dan mulai membakar ujung lintingan kretek yang terselip di pinggir bibirnya. Iseng pun harus total, pikirnya kemudian. Jangan setengah-setengah, apalagi ragu-ragu. Sms, es teh, rokok kretek, dan santai menjadi sebentuk kenikmatan yang sangat mencekik pada waktu yang begitu rawan bagi setiap jomblo karatan: malam Minggu! Â (Bersambung)***
Bandung, 16 Juni 2016 – 4 Maret 2017