Negatif, Mari
Semua negatif dan runyamitas hari ini tentu merupakan produk nyata dari buruknya praktek keagamaan, kesukuan, kebudayaan, kemasyarakatan dan sebutlah apapun yang lain pada masa lalu. Siapa tokoh-tokohnya, siapa sosoknya? Pasti ada dan nyata, dari yang oknum menasional hingga sekadar kepala keluarga. Janganlah kita berlagak tidak tahu, jangan bersikap tutup mata.
Ketika seseorang tiba-tiba merasa menjadi pahlawan untuk semua kebaikan dan semua hal positif, maka patut baginya memasang cermin besar untuk berkaca dan mawas diri. Peristiwa hari ini pemecahannya tidak seperti tampaknya, tidak semudah membuat jalan pintas, tidak segamblang jalan pikiran para oportunis, tidak semua laki-laki!
Tapi memang sah-sah saja kalau kini ada yang mengajak kita semua untuk memperbaiki negeri ini dengan semangat mencari sisi negatifnya saja. Mari berlomba-lomba untuk mencari kesalahan, kekurangan dan  lupa/alpa/lalai/abai sebesar-besarnya pada diri orang lain sehingga kita yakin tidak ada yang terlewat untuk diperbaiki, dibetulkan, dan bahkan disempurnakan.
Dan bila kita sepakat dengan tulisan ini maka mulailah dari diri sendiri dulu saja. Jangan cuma pandai menuding kepada siapapun dan apapun. Jangan menganggap diri berada di ruang hampa, jangan menempatkan diri serupa Sang Dalang, jangan menganggap diri sebagai Sang Kholik  yang berhak menentukan hitam dan putih bagi pihak lain.
Niat baik untuk tidak mau terjerumus pada penyebaran berita palsu, berita bohong, fitnah, ujaran kebencian, adu-domba, dan segenap lontaran penyakit hati lain tentu menjadi modal awal sangat baik. Mari!***
Bandung, 6 Januari 2017
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H