Mohon tunggu...
Sugiyanto Hadi Prayitno
Sugiyanto Hadi Prayitno Mohon Tunggu... Penulis - Lahir di Ampel, Boyolali, Jateng. Sarjana Publisistik UGM, lulus 1982. Pensiunan Pegawai TVRi tahun 2013.

Pensiunan PNS, penulis fiksi. Menulis untuk merawat ingatan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Dialog Kecil tentang Muhammad

13 Desember 2016   00:38 Diperbarui: 13 Desember 2016   15:53 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mat Sakri duduk di sebelah Masdi. Dua orang karyawan membantu melayani pembeli. Sehingga Mas Sakri tidak terlalu repot.  “Gampang sekali. Kamu tidak segera meninggalkan daganganmu ketika adzan sholat Dhuhur dan Ashar dikumandangkan. . . . .!”

Masdi terbelalak. Ia tidak menyangka Mas Sakri memperhatikan sekali hal itu. Padahal ia akan menunjukkan berbagai sunah nabi yang sudah dilakukannya: memanjangkan janggut, berbaju koko panjang, memendekkan ujung celana, menggunakan siwak. . . . . .!

“Untuk setahun ini sunah nabi itu memang kuabaikan. Kami punya bayi mungil. Isteriku tidak mungkin ikut berjualan. Sementara letak masjid cukup jauh dari. . . . . .!” jawab Masdi dengan agak malu. “Apakah kamu melakukan seperti apa yang kamu tanyakan padaku?”

“Tentu saja!” jawab Mat Sakri. “Sejak awal berjualan kami sudah punya cara jitu agar aman meninggalkan warung ini untuk pergi ke masjid di seberang jalan. Jelang maghrib siapkan lima sampai sepuluh porsi makan ayam, nasi, sambal dan lalabannya. Saat iqamah kami bergegas. Ada beberapa tulisan kecil yang dapat dibaca pembeli: silahkan makan, bayar sesuai daftar harga, tinggalkan. Mohon maaf, kami sedang menunaikan sholat berjamah di masjid. . . . .!”

“Oh, begitu. . . . .!”

“Ingatlah pada Muhammad. Beliau mengajari kita bagaimana cara menghargai waktu, yaitu dengan melakukan segala sesuatu tepat waktu dan tidak menunda-nunda!”

Masdi menerima pesanannya untuk dibawa pulang. Agak canggung, namun ia tidak merasa dipermalukan. Dalam kehidupan muamalah dan ibadah, tak jarang celah lebar terbuka. Dan itu mestinya menjadi ladang amal bagi orang lain yang ikhlas mengingatkan. Agak bergegas Masdi mengayuh sepeda onthelnya, isteri dan tiga anaknya sudah menunggu. Ia berpikir keras bagaimana supaya ia pun dapat melaksanakan sholat berjamaah Dhuhur dan Ashar kalaupun isterinya belum dapat ikut berjualan.

***

Setinggi apapun derajat Muhammad, beliau tetaplah manusia biasa. Seperti manusia lain yang sering salah dan alpa. Muhamad bukan tidak pernah mendapat teguran Allah karena kesalahannya. Dan seketika itu Muhammad menyadari, lalu minta ampun dan memperbaiki sikap-tutur kata maupun perbuatannya.

“Itu sebabnya kita tidak perlu berkecil hati kalau pernah berbuat salah dan dosa. Ampunan Allah sangat besar melebihi apapun bila seseorang mau bertobat. Jangan terjerumus oleh godaan setan bahwa sekali berbuat salah maka tidak ada ampun sama sekali. Bertobat dengan sungguh-sungguh dan tidak mengulangi perbuatan buruk sebelum embusan nafas terakhir adalah kuncinya.. . . . .!” ujar Bu Muslihah kepada tiga putrinya yang beranjak dewasa.

Ketiganya mengangguk-angguk membenarkan. Bu Muslihah menjadi ‘single parent’ sejak lima belas tahun lalu, sejak suaminya tewas dalam sebuah kecelakaan lalu-lintas. Dalam berbagai kesempatan ia menasehati ketiga anaknya untuk tekun, iklhas, tabah, dan bekerja keras sesuai tuntunan agama. “Rasulullah menjadi teladan bagi setiap muslim dan muslimah. Banyak mukjizat yang beliau bawa dan perlihatkan selama hidup beliau. Sebegitu tinggi dan mulia akhlak beliau namun kita haram menjadikannya lebih dari sekadar rasul. Bandingkan dengan rasul dan nabi lain yang sedemikian rupa ditempatkan oleh umat mereka, bahkan ada yang disejajarkan dengan Tuhan. . . . . . .!”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun