Mohon tunggu...
Sugiyanto Hadi Prayitno
Sugiyanto Hadi Prayitno Mohon Tunggu... Penulis - Lahir di Ampel, Boyolali, Jateng. Sarjana Publisistik UGM, lulus 1982. Pensiunan Pegawai TVRi tahun 2013.

Pensiunan PNS, penulis fiksi. Menulis untuk merawat ingatan.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Kota Bandung, Banjir Cileuncang, dan Adipura

12 November 2016   17:54 Diperbarui: 14 November 2016   23:02 251
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bandung sebagai ibukota Provinsi Jawa Barat menjdi pusat berbagai kesibukan dan keramaian. Bisnis, wisata, dan pemerintahan untuk menyebut beberada diantaranya. Tak pelak banyak pendatang ke bandung. Namun sayang sekali kota itu sangat tidak ramah kala hujan tiba, terlebih saat hujan lebat.

Diberitakan di media arus utama beberapa ruas jalan mengalami banjir yang luar biasa. Jangankan  motor, mobil pun dihanyutkannya. Dan yang lebih memprihatinkan kondisi itu seperti memunculkan lingkaran setan tak berujung mengenai bagaimana cara penanganannya.

Untuk menghindari celaka, kiranya para pendatang perlu diberi peringatan: ‘jangan datang saat hujan!’

Banjir Cileuncang
Hujan lebat tentu menjadi alasan utama kenapa banjir rajin menyambangi kota itu. Sebagian besar jalan-jalan raya hingga gang-gang kecil menjadi sungai berarus deras.

Menurut istilah setempat, banjir itu disebut banjir cileuncang. Bila hujan reda maka tak lama kemudian banjir pun surut. Mungkin itu sekadar sebagai bentuk solidaritas pada tiga kecamatan di Kabupaten Bandung yang rutin mendapat kunjungan banjir. Hujan lebat di kawasan hulu yang kehilangan hutan namun terus panen bangunan beton. Hujan lebat di dalam kota yang kehilangan peran selokan maupun saluran air lain karena dipersempit oleh bangunan.

arus deras di jalan layang paspati bandung (Sumber: http://www.wisatabdg.com)
arus deras di jalan layang paspati bandung (Sumber: http://www.wisatabdg.com)
Pembangunan gorong-gorong dan trotoar kota agaknya tidak cukup memadai bila itu dimaksudkan juga untuk menangani masalah curah hujan yang tinggi. Selokan yang semula cukup dalam dan lebar kini diganti dengan bentuk gorong-gorong yang lubangnya relatif kecil (sekitar 50 x 50 sentimeter).  Menurut Walikota Bandung Ridwan Kamil itu kotak ducting kabel, sehingga di dalam gorong-gorong ada dua saluran, yaitu saluran air dan saluran kabel. (1)

Namun awam melihat (di Jalan Cibaduyut dan Jalan Sriwijaya misalnya) yang dipasang hanya kotak ducting kabel. Entah di sebelah mana gorong-gorongnya dibuat.

Banjir cileunca itu terjadi karena –dalam istilah Pak Polisi- terjadi rekayasa jalur. Gorong-gorong yang mestinya untuk arus air justri dipersempit demi proyek, maka mereka pun menggunakan fsilitas yang ada: jalan raya.

Entah siapa perencana pembangunan goro-goro itu. Mata awam pun dapat menilai bahwa perencanaan itu salah. Mungkin yang bersangkutan sama sekali tidak memperhitungkan debit air ketika hujan deras melanda kota dan kawasan sekeliling Bandung.

Tebang Pohon
Bersamaan dengan pembanunan gorong-gorong dan trotoar di kota bandung, maka banyak pohon mahoni muda sebagai pohon penghijauan yang tumbang atau sengaja ditebang. Hal ini mengindakasikan bahwa terjadi tumpang-tindih perencanaan antara dinas yang menangani pembangunan fisik kota dengan dinas lain yang mengurusan soal menghijauan-pertamanan.

Saya tidak tahu berapa jumlah pohon yag menjadi korban dari pembangunan gorong-gorong dan trotoar di kota bandung. Dan juga tidak tahu apakah ada penggantian pohon yang baru sehingga tidak timbul pertanyaan bahwa pemerintah yang menganjurkan warga memelihara penghijauan yang telah dilakukan pemeernitah sementara itu pemerintah sendiri yang justru merusaknya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun