Mohon tunggu...
Sugiyanto Hadi Prayitno
Sugiyanto Hadi Prayitno Mohon Tunggu... Penulis - Lahir di Ampel, Boyolali, Jateng. Sarjana Publisistik UGM, lulus 1982. Pensiunan Pegawai TVRi tahun 2013.

Pensiunan PNS, penulis fiksi. Menulis untuk merawat ingatan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen | Pabrik Kata-Kata, Tanpa Suara, dan Korupsi

31 Oktober 2016   08:24 Diperbarui: 1 November 2016   06:42 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
pabrik kata-kata | dokpri

Membuat novel, drama, skenario film, dongeng, dan cerita pendek maupun puisi, kelak dikerjakan oleh semacam pabrik. Ya, pabrik kata-kata tentu saja namanya.

Para pekerjanya orang-orang yang sangat berkompeten dengan kata-kata, para sastrawan dan jurnalis andal, kampiun, dan piawai luar-dalam, juga para lulusan jurusan bahasa. Selain itu diperkuat para lulusan jurusan teater, penyutradaraan, jurusan komunikasi, desainer grafis, ahli kepustakaan, ahli bahasa, dan berbagai spesialisasi seni maupun kebahasaan lain dan gaya hidup.

“Carilah kebenaran sampai ke ujung dunia. Jangan gampang puas, terlebih mudah tertipu dengan merasa diri paling benar.. . . . . .!” ucap Marli serius, suaranya dibuat sengau denganmata melotot dan kedua tangan digerakkan serupa menghentak-hentak kata demi kata. Ia sedang memerankan tokoh Romanov, seorang lelaki yang diceritakan terus berselingkuh sepanjang hidupnya. Ia sedang menasehati diri sendiri.

“Mudahlah, Manov, kalau kamu terus memikirkan kesalahan diri karena tak mampu menahan diri untuk selalu berselingkuh, lama-lama kamu akan gila sendiri!” geram Luli yang berperan sebagai malaikat pencabut nyawa. “Kamu tinggal memutuskan kapan hari baik untuk berpisah dengan nyawamu. . . . . .!”

“Mati?” sergah Romanov sambil berpikir keras ‘alangkah mudah dan murahnya harga sebuah nyawa’. Begitu cepatnya pertambahan jumlah penduduk sehingga upaya menekannya pun dilakukan dengan semua cara.

Cerita mengalir penuh intrik dan kejutan, spontan, dan cepat.

***

Mereka bekerja dalam banyak ruangan besar dan bertingkat-tingkat, yang disebut pabrik. Semua bentuk peralatan pendukung disiapkan lengkap.  Ada komputer canggih dan internet, studio audio-visual, perangkat pengubah suara dan percakapan mupun efek suara menjadi teks. Ada pula telepon, video layar lebar, dan segenap perabotan yang diperlukan dalam cerita. Tentu tiap jenis buku –cetak dan terutama digital- menggunakan perangkat dan peralatan yang spesifik dan mungkin saja berbeda.

“Sudah ada seribu tiga belas judul buku tentang riba. Ini buku berikutnya. Kita akan menciptakan dunia tanpa riba!” ucap Bang Baridin seraya membuka kesempatan untuk berdiskusi. “Cerita tentang dasar hukum positif dan hukum agama, cara mempraktekannya dan kegunaan maksimal, sudah lengkap. Kini tinggal memotivasi untuk memulai. . . . .!”

***

Mesin-mesin cetak canggih ada pada bagian lain areal pabrik. Alat-alat audio visual di studio yang berbeda, sama lengkap dan canggih pula. Tidak ada bising atau sekedar suara gaduh. Semua mekanisme kerja bergerak dua puluh empat jam sehari, tujuh hari seminggu, tiga puluh hari sebulan, sesuai kapasitas terpasang dengan tenang, hening, diam-diam, dan tanpa suara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun