Orang-orang yang sudah telanjur terjerat gaya hidup hedonistik itu kiranya akan sulit sekali melangkah surut. Mereka tidak akan takut dengan ancaman pecat. Tidak takut dengan masuk penjara, tidak malu. Jangan lagi hanya ancaman neraka.
Penutup
Tindakan baik apapun selalu saja ada orang yang menyikapinya dengan sebaliknya. Dulu dikenal orang ungkapan ‘hangat-hangat tahi ayam’, lalu belakangan tercipta ungkapan ‘tebang pilih, sial, dikorbankan, dipolitisir, dan banyak lagi’. Dengan semua masa lalu kita itu banyak orang menjadi pribadi yang pesimisitik, berpikir negatif, mudah berprasangka buruk, mau jalan pintas, ingin serba instan, cari gampang, dan hal-hal lain serupa itu.
Kita menjadi bangsa yang sangat-sangat tidak menghargai proses. Kita menjadi bangsa yang berpendapat bahwa apapun yang sudah terjadi tidak mungkin diubah, tidak mungkin diperbaiki, tidak perlu dipikirkan lagi. Seburuk apapun yang kita hadapi. Â Yang ada hanya mengeluh, menyalahkan, meremehkan, dan berbicara banyak di belakang. Maka tampak kemudian, kita adalah bangsa pungli.
Begituah. Yang perlu kita lakukan sekarang adalah mendukung pemberantasan pungli. Kalau kita pegawai, jauhi sebelum dipecat atau dipenjara. Â Kalau kita pihak swasta dan pengguna pelayanan mulailah menjalani sesuai prosedur, dan jangan menyalahi aturan. Maka bayangkanlah suatu ketika kelak di seluruh pelosok tanah air tidak ada lagi pungli. Mudah-mudahan Jokowi sudah memulainya, dan selanjutnya pembersihan besar-besaran terhadap aparat yang bandel harus segera dilakukan. Â Semoga negeri bebas pungli bukan sekadar 'andai'. Mudah-mudahan keinginan luhur itu tercapai. Wassalam. ***
Bandung, 12 Oktober 2016 M/11 Muharam 1438 H.
Simak juga tulisan sebelumnya:
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H