Mohon tunggu...
Sugiyanto Hadi Prayitno
Sugiyanto Hadi Prayitno Mohon Tunggu... Penulis - Lahir di Ampel, Boyolali, Jateng. Sarjana Publisistik UGM, lulus 1982. Pensiunan Pegawai TVRi tahun 2013.

Pensiunan PNS, penulis fiksi. Menulis untuk merawat ingatan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

(LOMBAPK) Film Tiga Dara, Merestorasi Nilai Historis

11 September 2016   23:54 Diperbarui: 12 September 2016   05:56 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tiga peneran dalam film Tiga Dara (Sumber Gambar:powerhousemagz.com)

Dengan kondisi itu maka sekali lagi upaya restorasi film Tiga Dara patut diapresiasi dan ditindak-lanjuti. Tujuannya agar film dapat kembali bersinergis dengan berbagai bentuk kesenian lain dalam mengembangkan dan membangun rasa bernegara, berbangsa, dan bernasionalisme dengan cara dan teknis kekinian.

Cara lain untuk mengapresiasi kerja awal itu kiranya dapat mengembalikan jati diri film dengan lebih baik. Ini pertama-tama perlu dilakukan agar film-film, barat terlebih film nasional, untuk tidak cepat-cepat ditayangkan di layar televisi. Penayangan film itu di layar tv harus melalui tayang di ruang publik terbuka lebih dahulu. Dulu ada istilah pemutaran film ‘extra show’ pada siang hari untuk para pelajar mahasiswa maupun umum, dengan harga tiket murah. Setelah itu diputar di tempat terbuka, dulu dikenal sebagai layar misbar (gerimis bubar).

Cara itu pertama membangkitkan kembali minat menonton film. Dan kedua, yang tak kalah penting, mengurangi dominasi pentas  dan konser musik yang cenderung mengabaikan sisi edukasi dan pengembangan seni/budaya. Besamaan dengan itu pemutaran film Tiga Dara diharapkan dapat mendukung upaya peningkatan sarana-prasarana perbioskopan nasional. Itu sebagai pembelajaran, terlebih juga untuk mendukung dan menumbuhkan rasa nasionalisme dan patriotisme yang makin luntur dan memudar dari generasi ke generasi.

Penutup
 Sebagai catatan penutup. Betapapun kegigihan dan kerja keras luar biasa telah dilakukan, tak dapatlah dikatakan itu hal kecil bila kemudian diikuti dengan hal lain dengan dukungan dan apreasi selayaknya. Pernyataan bahwa restorasi itu mahal, tak berlebihan. Karena itu kini saatnya bangsa Indonesia memiliki fasilitas penyimpanan arsip film yang baik dan sesuai standar, harus mendapatkan perhatian semestinya.

Sebulan yang lalu, tepatnya tanggal 11 Agustus 2016, film Tiga Dara hasil restorasi mulai diputar serentak untuk umum di seluruh  Indonesia. Antusiasme penonton tak diragunkan. Dan pertanyaannya kemudian, apalagi berikutnya, apa dampaknya, sudah adakah tindak-lanjut yang lebih mendasar dilakukan? Siapapun kita, terlebih insan perfilman, para pengambil keputusan, dan para pemodal, serta masyarakat pecinta film nasional dapat berperan besar dalam hal ini.  

Banyak harapan dari kerja keras dan kerja cerdas untuk restorasi film itu, Dan kiranya catatan kecil ini bukanlah sebuah kesia-siaan!
Bandung, 11 September 2016

 Sumber gambar

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun