Di ruang tamu kuingat, Â tertata ragu meja kursi kayu
 pada karpet terserak juga buku-buku di atas rak
 di ujung dinding sebuah cermin berdebu
 berderet bingkai foto-foto kita terpajang kaku
Sudah berapa lama aku mengabaikannya
 dalam sunyi perjalanan dari padang ke padang
 terasa betapa ruang tamu kini kurindu
 di sana ada kamu menyambutku malu-malu
Itu ruang kenangan dengan tiga jendela kaca Â
segenap perabotan sederhana seolah saling bercakap Â
mengharap kabar dimana kita beradu debar
tumpah tawa, denting gitar, tapi lama sirna
Begitu kabur catatan berbaur terasa merapuh
kemana lagi semua pelaut hendak berlabuh Â
kapal merapat di demaga, dan aku terseok pulang
tapi itu entah bila, raga ini terpenjara kecewa
Hanya di ruang tamu dengan lampu temaram
sebungkus rokok terbuka, secangkir kopi dengan panasnya
menunggu pada titian masa, dan kamu duduk di sana
kubayangkan pertemuan kita bakal tak lama
Di ruang tamu andai dulu pertengkaran itu semu
andai sesal itu tidak nyata, bahkan tumpahan air mata
kutinggalkan banyak cerita tua yang merapuh luka
cerita panjang penanda kita pernah menggarami rasa!
Sekemirung, 21 April - 23 Agustus 2016
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H